Rabu 30 Aug 2017 15:32 WIB

Pemkot Tasik tak Bisa Penuhi Jumlah Kebutuhan Hewan Kurban

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andri Saubani
Seorang pedagang hewan kurban musiman memberi makan sapi-sapinya, di pasar hewan kurban musiman, di simpang empat Cisumur, Kota Tasikmalaya, Selasa (9/8). (Republika/Fuji E Permana)
Foto: Republika/Fuji E Permana
Seorang pedagang hewan kurban musiman memberi makan sapi-sapinya, di pasar hewan kurban musiman, di simpang empat Cisumur, Kota Tasikmalaya, Selasa (9/8). (Republika/Fuji E Permana)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kebutuhan hewan kurban diprediksi mengalami kenaikan di Kota Tasikmalaya dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun sayangnya, Pemkot Tasik tak bisa memfasilitasi penyediaan hewan kurban karena masih bergantung dari daerah lain.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Kota Tasikmalaya Deddy S Bisqat memprediksi jumlah kebutuhan hewan kurban naik sampai sepuluh persen. Untuk periode kurban tahun lalu, jumlah hewan kurban baik berupa sapi, kambing atau domba ada di angka 3.200 ekor.

"Sekarang diprediksi ada peningkatan sampai sepuluh persen. Secara umum di Kota Tasik menjadi 4.000 ekoran secara umum. Ada yang lesu dan ada yang ramai kalau tingkat penjualannya variatif," katanya pada wartawan.

Ia mengakui pihaknya belum bisa mengupayakan supaya mayoritas hewan kurban berasal dari Kota Tasik sendiri. Ia menilai, minimnya lahan peternakan sapi karena perkembangan pembangunan Kota Tasik menjadi salah satu kendalanya. Alhasil, hewan kurban mesti didatangkan dari wilayah lain seperti Jawa Tengah, Yogyakarta atau Jawa Timur.

"Kurban itu kami (pasok dari Kota Tasik) paling maksimal seribu ekor, dari kebutuhan empat ribu. Di (kota) Tasik bukan lahan ternak sapi," ujarnya.

Sementara itu, Kabid Peternakan Distankan Kota Tasik Zulyaden berupaya mengoptimalkan peternakan sapi dan kerbau lewat Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab). Metode itu bertujuan meningkatkan populasi sapi dan kerbau secara masif dengan manajemen sistem reproduksi. Selain itu, Upsus Siwab juga berusaha menghentikan tindakan pemotongan sapi atau kerbau betina produktif.

"Memang lewat Upsus itu ada pengurangan penyembelihan betina di RPH, kami tolak buat yang mau potong sapi betina," ucapnya.

Diketahui, lewat data dari ISIKHNAS (Integrated Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional), pemotongan ternak betina produktif masih tinggi, di mana pada 2015 sebesar 23.024 ekor dan pada 2016 sebesar 22.278 ekor. Untuk itu, diperlukan kegiatan pengendalian betina produktif dalam rangkaian kegiatan program Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau melalui Upaya Khusus SIWAB 2017 untuk meningkatkan jumlah akseptor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement