REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Maarif Institute Buya Syafii Maarif meminta kreasi dalam pemberian pengetahuan dan pendidikan sejarah. Menurutnya, kalau pengajaran sejarah hanya lewat kurikulum yang ada tidaklah tidak cukup.
"Perlu berkreasi juga. Seperti bagaimana menghidupkan Soekarno, proklamator terbesar abad 20," katanya saat pidato di ceramah umum kesejarahan "Pendidikan Sejarah Mempererat Kebinekaan dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," di Jakarta, Senin (28/8).
Ia juga meminta guru sejarah untuk banyak membaca untuk memperkaya ilmu. Apalagi, saat ini banyak yang menjadi guru bukan karena panggilan jiwa tapi karena jurusannya saat kuliah membuat ia menjadi pendidik.
Efeknya banyak guru sejarah yang salah menyampaikan fakta sejarah. Misalnya, dia mengatakan, Belanda menjajah Indonesia ternyata bukan selama 3,5 abad melainkan hanya puluhan tahun sejak 1912 hingga 1942. "Bisa dicabut ijazahnya itu," katanya.
Di satu sisi, ia menyoroti pendidikan di Tanah Air yang tidak mampu ditangani negara sendiri. Ia menambahkan, mencerdaskan kehidupan bangsa memang tugas negara, tetapi swasta juga perlu terkibat dan harus membenahi diri. "Perlu swasta, perlu (organisasi agama) Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU)," ujarnya.
Ia menyontohkan ada sekolah di Kota Surabaya, Jawa Timur, yang didirikan sebuah yayasan swasta yang bukan hanya menyantuni murid tetapi juga memperhatikan kedisiplinannya.