Ahad 27 Aug 2017 13:47 WIB

Mayoritas Remaja Pacaran Alami Kekerasan

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Ratna Puspita
Belasan remaja melakukan kampanye hentikan kekerasan seksual.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Belasan remaja melakukan kampanye hentikan kekerasan seksual.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Kelompok remaja merupakan kelompok rentan yang menjadi korban kekerasan.  Dari hasil survei yang dilakukan PKBI DIY, sekitar 84 persen dari 125  responden (terdiri dari 75 perempuan dan 50 laki-laki) remaja pernah mengalami kekerasan.

Survei tersebut dilakukan PKBI DIY untuk mengetahui pengalaman kekerasan yang dialami remaja usia 15-24 tahun yang mengaku berpacaran atau pernah berpacaran. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purpose sampling

“Kesimpulan dari survei ini hanya dibatasi pada sampel yang diambil,” kata anggota Youth Forum PKBI DIY Hendarto Kurniawan pada acara konferensi pers puncak peringatan International Youth Day 2017  dengan tema “Menghentikan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual Menciptakan Perdamaian”, di halaman Youth Center PKBI DIY, Sabtu (26/8) sore .

Iko, panggilan akrab Hendarto, menyebutkan bentuk kekerasan yang dialami oleh responden yakni kekerasan psikis 64 persen, kekerasan seksual 43,2 persen, dan kekerasan fisik 33,6 persen. 

Dia menambahkan kekerasan yang dialami tidak hanya bersifat tunggal. Sebanyak 12 persen responden mengalami tiga jenis kekerasan (seksual, psikis dan fisik) dan sekitar 34,4 persen mengalami pengalaman dua jenis kekerasan dari pasangan. Yakni, empat persen mengalami kekerasan seksual dan fisik, kekerasan seksual dan psikis sebanyak 19,3 persen, kekerasan fisik dan psikis sebanyak 11,2 persen.

Ketua Youth Forum PKBI DIY Ndaru Tejo Laksono mengungkapkan data dari Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK) DIY menunjukkan korban kekerasan  di DIY untuk usia 0-24 tahun di tahun 2015 667 kasus dan tahun 2016 sebanyak 769 kasus. ''Semakin meningkatnya kasus kekerasan tersebut  belum tentu kondisinya semakin buruk, melainkan justru realitasnya lebih baik, karena semakin meningkatnya kesadaran dari masyarakat untuk mau melaporkan kasus kekerasan,'' kata dia. 

Wakil Ketua Youth Forum PKBI DIY Ramadani TKP mengatakan tingginya kasus kekerasan menjadi peringatan untuk dilakukan pencegahan. Pencegahan ini tidak hanya dilakukan melalui program pemerintah, melainkan dari remaja itu sendiri. “Sudah saatnya remaja berpartisipasi penuh untuk memperjuangkan hak mereka,” kata dia. 

Untuk memperingati International Youth Day yang jatuh setiap 12 Agustus, Youth Association (Yotha) DIY mengadakan berbagai kegiatan untuk membangun gerakan remaja yang mampu memperjuangkan hak mereka. Kegiatan tersebut adalah workshop film dokumenter dan  bengkel street art dan nyore di kebun. 

Yotha adalah organisasi remaja ragam identitas yang berdiri sejak 18 Juli 2010 dengan visi terwujudnya tatanan masyarakat  dan sistem pemerintahan yang adil, yang menjamin terpenuhi hak-hak remaja, tanpa membedakan status sosial, status kesehatan, pilihan profesi, orientasi seksual dan identitas gender. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement