Selasa 22 Aug 2017 18:35 WIB

'Aparat Indonesia Bisa Deteksi Pergerakan Teroris'

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Fernan Rahadi
Ketua BNPT Suhardi Alius
Foto: BNPT
Ketua BNPT Suhardi Alius

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius menilai, aparat kemananan di Indonesia masih bisa memantau pergerakan terorisme di Tanah Air.

''Kita bukannya berbangga diri. Namun sejauh ini, aparat kita masih mampu mendetekso dan mencegah terjadinya aksi-aksi terorisme di Tanah Air,'' jelasnya, usai memberikan kuliah umum pada mahasiswa baru di Auditorium Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Selasa (22/8).

Seperti dalam penangkapan lima tersangka terduga pelaku terorisme, menurutnya, hal itu merupakan salah satu bentuk kemampuan aparat untuk melakukan deteksi pergerakan pelaku terorisme di Indonesia.

Meski demikian dia menyebutkan, pihaknya masih akan tetap terus aktif untuk mencegah infiltrasi paham-paham radikalisme yang kebanyakan menyasar pada generasi-generasi muda. Seperti kehadirannya dalam kegiatan kuliah di Unsoed, menurut Suhardi salah satu bentuk upayanya untuk mencegah kemungkinan mahasiswa-mahasiswa baru tersebut tersusupi paham radikalisme.

Bahkan dia juga menyebutkan, BNPT saat ini telah membentuk Duta Damai di delapan kota besar di Indonesia, untuk menegah infiltrasi paham radikal yang menyasar generasi muda. Para anggota Duta Damai ini berasal dari warganet dan bloger dari kalangan generasi muda, yang memiliki yang memiliki pengikut cukup banyak. 

''Anggota Duta Damai bertugas menyebarkan pesan damai dan anti radikalisme, dengan bahasa mereka sendiri. Dengan demikian, pesan-pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima generasi muda karena penyebarnya merupakan bagian dari mereka sendiri," katanya.

Suhardi menilai perlu adanya Duta Damai yang menyebarkan pesan anti radikalisme melalui media sosial, karena tinggkat penggunaan medsos di kalangan generasi muda sedemikian tinggi. ''Bila tidak dibendung, infiltrasi melalui media sosial akan sangat mudah tersebar tanpa adanya filter yang bisa mengcounter upaya infiltrasi tersebut,'' jelasnya.

Sementara mengenai program-program deradikalisasi yang dilakukan pihaknya, Suhardi menyatakan, saat ini sudah mulai menunjukkan hasilnya. Para terpidana kasus terorisme yang telah selai menjalani hukuman, banyak di antaranya yang sudah tidak lagi memiliki sikap radikal.

''Seperti yang dilakukan para mantan terpidana kasus terorisme di Lumajang Jawa Timur, saat peringatan HUT RI kemarin, bahkan ikut upacara bendera. Hal ini menunjukkan program deradikalisasi yang kita lakukan sudah relatif berhasil," tuturnya.

Meski demikian, Suhardi juga meminta agar pada para mantan terpidana kasus terorisme yang dibebaskan, agar bisa diteruma masyarakat dengan baik. ''Jangan perlakukan mereka sebagai wwrga marginal. Hormati mereka sebagaimana warga negara lainnya," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement