Selasa 22 Aug 2017 10:31 WIB

Cara Pemprov Bengkulu Selamatkan Populasi Gajah Sumatra

Sejumlah mahout (pawang) memandikan dan melatih Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatresnsis) yang terlatih di Camp Corsevation Respon Unit (CRU) Serba Jadi, Aceh Timur, Aceh, Jumat (12/8).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Sejumlah mahout (pawang) memandikan dan melatih Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatresnsis) yang terlatih di Camp Corsevation Respon Unit (CRU) Serba Jadi, Aceh Timur, Aceh, Jumat (12/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Pemerintah Provinsi Bengkulu membentuk tim percepatan koridor gajah sumatra (Elephas maximus Sumatranus) di kawasan bentang alam Kerinci Seblat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Tim ini akan menyiapkan semua kebutuhan pembentukan koridor gajah sumatera di bentang alam Kerinci Sebla.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Bengkulu Agus Priambudi mengatakan pembentukan tim tersebut merupakan salah satu rumusan diskusi inisiasi pembentukan koridor gajah sumatera di bentang alam Kerinci Seblat yang digagas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung.

Tim tersebut juga diperkuat BKSDA Bengkulu-Lampung, Bappeda Provinsi Bengkulu, akademisi Universitas Bengkulu, dan Akar Network, konsorsium delapan lembaga lingkungan yang bekerja di sekitar kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Agus menyatakan, tim ini akan menginisiasi pembentukan koridor gajah sumatera berupa Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).

Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung Abu Bakar mengatakan saat ini diperkirakan tersisa 70 ekor gajah sumatera pada alam liar di Provinsi Bengkulu. "Populasi yang tersisa ini kondisinya hidup terpisah karena fragmentasi kawasan hutan oleh perambahan liar dan permukiman," katanya lagi.

Keberadaan gajah yang terkotak-kotak dikhawatirkan akan mempercepat kepunahan gajah di Bengkulu, mengingat potensi perkawinan sekerabat akan tinggi. Perkawinan sekerabat menjadi ancaman kelestarian gajah, karena perkawinan sedarah dapat menurunkan fungsi genetik. Karena itu, koridor yang dibalut dalam KEE tersebut berfungsi menghubungkan antarwilayah yang terfragmentasi, sehingga antarkelompok gajah dapat terhubung atau bertemu.

Akademisi Universitas Bengkulu Gunggung Senoadji menambahkan perlu gerak cepat untuk menyelamatkan gajah yang tersisa. "Gajah yang terkotak-kotak karena perambahan dan pembukaan hutan untuk kepentingan lain ini, akan memperparah konflik antara manusia dan gajah," katanya lagi.

Tim percepatan koridor tersebut diharapkan segera menyampaikan usulan kepada pemerintah daerah untuk ditindaklanjuti demi penyelamatan gajah sumatra di Bengkulu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement