Senin 21 Aug 2017 15:15 WIB

Kementerian/Lembaga Kerja Sama Pengembangan Drone Militer

Rep: umi nur fadhilah/ Red: Esthi Maharani
Drone (ilustrasi)
Foto: Republika/Eko Widiyatno
Drone (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejumlah kementerian dan lembaga mengikatkan diri dalam konsorsium pengembangan pesawat tanpa awak (drone) Medium Altitute Long Endurance (Male) Nasional. Drone militer canggih buatan anak negeri itu diperuntukkan bagi kebutuhan pertahanan negara.

“Pengembangan drone untuk pertahanan negera memiliki beberapa keuntungan,” kata Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu W Pandoe dalam konferensi pers Pengembangan Drone MALE Nasional di BPPT, Jakarta, Senin (21/8).

Ia menjelaskan salah satu keuntungan penggunaan pesawat tanpa awak untuk kebutuhan pertahanan, yakni lebih eknomis dan minimal risiko jiwa. Wahyu mengatakan Indonesia memiliki 17 ribu pulau dengan luas daratan 1,9 juta km persegi. Sementara luas lautannya, yakni sekira 96 juta km persegi. Sehingga, menurutnya butuh wahana dan pengawasan udara yang efisien dan ekonomis.

Pesawat tanpa awak MALE merupakan kerja sama antara Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Drone ini akan digunakan oleh TNI AU. Sementara Institut Teknologi Bandung (ITB) menjadi mitra perguruan tinggi dan PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra industri yang akan membuat, mengintegrasi dan mengkomersialisasikan MALE. MALE juga melibatkan PT Lembaga Elektronik Nasional (LEN) untuk mengembangkan sistem kendali dan muatan pesawat tanpa awak itu.

Program manager pesawat tanpa awak MALE BPPT Bona Fitrikananda menjelaskan digunakan untuk misi intelijen, pengawasan, pengintaian untuk kebutuhan pertahanan negara. Bona menjabarkan, MALE mampu terbang selama 24 jam dengan ketinggian 20 ribu - 30 ribu kaki. MALE mampu terbang dari radius operasi lebuh dari 250 km dari pusat kendali dengan kecepatan 235 km per jam.

Ia menjelaskan program pengembangan MALE dimulai sejak 2015. Pada 2017, MALE memasuki tahap detail desain. MALE ditargetkan masuk prototipe manufaktut, termasuk pengadaan komponen sistem kontrol penerbangan pada 2018. Kemudian pada 2019 masuk pada proses integrasi, ground chek dan uji terbang.

“Tahun 2020-2022 proses sertifikasi, diharapkan pada 2022 Indonesia memiliki drone MALE buatan sendiri,” ujar Bona.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement