Kepala Dusun Tambuk, Desa Mertak, Lombok Tengah, Amaq Marwardi mengatakan, sejumlah dusun yang berada di lingkar Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak mulai mempersiapkan diri untuk menjamu para wisatawan dengan pelayanan terbaik. BKSDA NTB memang sedang mengembangkan TWA Gunung Tunak sebagai ekowisata di Selatan Pulau Lombok.
Marwardi mengatakan, masyarakat sekitar banyak berharap agar pengembangan TWA bisa segera terealisasi karena diyakini akan mendorong perekonomian warga. Saat ini, kebanyakan masyarakat di sekitar TWA yang terdiri atas Dusun Takarakar, Bumbang, Batuguling, Semunduk, Tanabea, dan Tambuk berkutat di sektor pertanian, nelayan, dan peternak.
"Hutan Tunak begitu dikagumi bagi masyarakat di Lombok Tengah karena dianggap masih keramat," ujar Marwardi.
Menurut Marwardi, kearifan lokal masih sangat terjaga di sini. Warga tidak ada yang berani mencuri apapun yang ada di dalam Gunung Tunak karena takut kualat. Marwardi menanamkan kepada warga agar memberi penjelasan kepada wisatawan yang datang untuk bersama-sama menjaga Gunung Tunak.
Gunung Tunak juga menyimpan tradisi unik Petaek Kao atau menaikkan kerbau yang digelar setahun sekali pada bulan sepuluh penanggalan Sasak, antara Februari dan Maret. Marwardi menerangkan, dalam tradisi ini para pemilik kerbau dari desa-desa di Lombok Tengah akan menginap dan membiarkan kerbaunya berendam selama seminggu di laguna Pantai Sebayak. Dipercaya, tradisi ini membuat ternak menjadi sehat dan bisa berkembangbiak yang banyak.
"Tradisi memandikan ribuan kerbau juga bisa jadi objek wisata yang menarik bagi wisatawan," kata Marwardi menambahkan.
Pahrul, Aziz, hingga Ida Wahyuni hanya segelintir pemuda di Lombok yang sadar akan potensi desanya. Selain nama-nama tersebut, masih banyak warga lain yang juga sudah berikhtiar mengembangkan desa sebagai destinasi wisata yang diharapkan menggerakan roda perekonomian warga sekitar.