REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Muhyiddin Junaidi mengomentari pidato kontroversial Ketua Fraksi Partai Nasdem, Viktor Bungtilu Laiskodat di Kupang, NTT pada 1 Agustus lalu. Menurut dia, seharusnya Viktor tidak membuat suhu politik menjadi panas dengan membuat pernyataan yang menyinggung suatu kelompok.
"Jadi saudara Viktor seharusnya menahan diri, jangan membuat suhu politik itu menjadi panas. Coba bantu, jangan untuk kepentingan pribadi dia menghantam sana-sini yang justru membuat ekskalasinya semakin panas," ujar Kiai Muhyiddin di Gedung MUI, Rabu (9/8).
Ia menuturkan, Indonesia merupakan negara yang sangat demokratis, sehingga sebenarnya tidak ada istilah kaum mayoritas maupun minoritas di Indonesia. Karena, menurut dia, umat Islam menjunjung tinggi asas kebinnekaan. "Umat Islam bukan anti-kebinnekaan, justru sebaliknya," ucapnya.
Karena itu, Kiai Muhyiddin mengimbau kepada semua masyarakat Indonesia untuk memberikan pernyataan yang menyejukkan saja meskipun dalam rangka pertarungan politik di Indonesia. "Boleh ada berbeda pendapat untuk mencari suara dari calon konstituan tapi jangan membahayakan atau menuding yang lain dengan tuduhan macam-macam. Ekstremlah, ini lah. Gak usah, itu sudah selesai," katanya.
Memang, tambah dia, di era demokrasi ini masyarakat bebas berpendapat. Namun, demokrasi di Indonesia harus tetap ada batasannya, sehingga tidak merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Oke lah di era demokrasi sah-sah saja. Tapi kebebasan ada batasan. Kebebasan tanpa batas justru akan merusak. Akan membuat terjadinya chaos. Akhirnya kita ribut hanya karena pernyataan yang gitu-gitu aja," jelas dia.
Baca Juga: PKS akan Laporkan Viktor Laiskodat ke Mabes Polri.