REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah segera melakukan barter sejumlah komoditas nasional dengan 11 pesawat Sukhoi SU-35 dari Rusia. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan, barter atau imbal beli ini sudah sejak lama dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
"Sejak saya panglima TNI di tahun 1998 sudah diberlakukan itu, komoditasnya macam-macam sesuai dengan penjual atau pihak ketiga," ujar Wiranto ketika ditemui di Kantor Wakil Presiden, Senin (7/8).
Wiranto mengatakan, kegiatan barter tersebut tidak pernah menuai permasalahan dan berjalan sangat baik. Dia menegaskan, proses barter tidak terjadi secara instan namun ada sejumlah proses yang dilalui.
Sebab, ada beberapa negara yang tidak bersedia melakukan imbal beli atau barter. "Imbal beli itu bukan suatu hal yang tidak mungkin, dan tidak ada masalah, sangat baik," kata Wiranto.
Barter komoditas nasional dengan 11 pesawat Sukhoi SU-35 tertuang dalam penandatanganan Nota Kesepahaman antara BUMN Rusia yakni Rostec dengan BUMN Indonesia yakni PT Perusahaan Perdagangan Indonesia. Pesawat Sukhoi dari hasil barter tersebut akan dipakai untuk menggantikan armada F-5.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan rencana imbal dagang atau barter tersebut telah mendekati tahap akhir. Pembahasan lebih lanjut akan dilakukan selama Misi Dagang ke Rusia pada 3 Agustus 2017 hingga 5 Agustus 2017.
Pemerintah Indonesia berharap adanya percepatan pembahasan Indonesia-Rusia Preferential Trade Agreement (PTA) serta Indonesia-Eurasia Free Trade Agreement (FTA). Tujuannya, untuk mendorong perdagangan yang seimbang antara Indonesia dan negara di kawasan Eurasia.
Selain imbal dagang, misi dagang tersebut menjadi bagian dari diplomasi minyak kelapa sawit berkelanjutan Indonesia. Langkah itu diambil setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke Rusia tahun lalu.
Kementerian Perdagangan mencatat perdagangan antara Indonesia dan Rusia pada 2016 mencapai 2,11 miliar dolar AS. Indonesia menikmati surplus sebesar 411 juta dolar AS pada tahun lalu.
Nilai perdagangan tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan nilai pada 2015 sebesar 1,9 miliar dolar AS. Ekspor nonmigas Indonesia ke Rusia tumbuh sebesar 8,5 persen dalam lima tahun terakhir dengan nilai ekspor pada 2016 sebesar 1,3 miliar dolar AS.