Kamis 03 Aug 2017 13:03 WIB

HT Dukung Jokowi, Fadli: Kalau Berbeda, Ditekan

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fadli Zon

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menanggapi sinyal dukungan Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo terhadap Presiden Joko Widodo sebagai Capres 2019. Ia mengatakan sekarang ini ada kecenderungan orang-orang, institusi, dan partai politik yang berbeda mengalami tekanan. 

Fadli menerangkan tekanan itu macam-macam, termasuk persoalan-persoalan yang menyangkut hukum. Ia menuturkan persoalan-persoalan yang menyangkut hukum bisa saja disalahgunakan untuk menekan lawan politik. "Satu alat untuk menekan lawan politik dan sekaligus merangkulnya," kata dia di Jakarta, Kamis (3/8).

Politikus Partai Gerindra tidak secara langsung menuduh ada tekanan kepada Harry Tanoe. Namun dia menyatakan, jika benar isu dukungan Harry Tanoe karena tekanan dari pihak tertentu maka hal tersebut membahayakan demokrasi. 

"Saya kira ini akan membahayakan demokrasi karena dijadikan alat itu bagi hal-hal yang seperti itu," ujar dia. 

Kendati demikian, Fadli menghormati keputusan partai politik untuk mengambil sikap terkait pemerintahan. Apakah parpol memutuskan untuk berkoalisi dengan pemerintah atau menjadi oposisi. 

"Saya pikir, ya, setiap partai politik itu bebas untuk mengambil sikap dan posisi politiknya masing-masing. Semua partai," kata dia. 

Dia menambahkan Perindo pasti sudah melakukan pertimbangan ketika menyatakan memberikan dukungan. "Saya kira tentu mempunyai perhitungan mempunyai kepentingan yang berbeda-beda," kata dia. 

Harry mengindikasikan akan memberikan dukungan terhadap Jokowi seusai acara Penganugerahan Kepala Daerah Inovatif Koran SINDO 2017 di Hotel Westin, Jakarta, Selasa (1/8) yang juga dihadiri Mendagri Tjahjo Kumolo. "Untuk Pilpres, melihat perkembangan sekarang, Kongres Partai mendatang akan mengusulkan Pak Jokowi sebagai calon Presiden 2019," ujar Hary Tanoe.

Sebelumnya, Hary Tanoesoedibjo yang juga CEO MNC Group telah ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan melakukan ancaman melalui media elektronik kepada Kepala Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto. Sebelumnya, Yulianto tiga kali menerima pesan singkat dari Hary Tanoe pada 5, 7, dan 9 Januari 2016.

Isinya yaitu, "Mas Yulianto, kita buktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang profesional dan siapa yang preman. Anda harus ingat kekuasaan itu tidak akan langgeng. Saya masuk ke politik antara lain salah satu penyebabnya mau memberantas oknum-oknum penegak hukum yang semena-mena, yang transaksional yang suka abuse of power. Catat kata-kata saya di sini, saya pasti jadi pimpinan negeri ini. Di situlah saatnya Indonesia dibersihkan." 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement