REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Hasil tangkapan ikan para nelayan di selatan Kabupaten Sukabumi masih minim. Kondisi ini dialami oleh semua jenis kapal baik tradisional maupun berkapasitas besar.
"Hasil evaluasi terakhir hasil tangkapan ikan ada tapi masih sedikit," ujar Kepala Seksi Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi Andi kepada Republika.co.id Selasa (18/7).
Hal tersebut berdasarkan laporan dari enam TPI di selatan Sukabumi yakni Cisolok, Cibangban, Ujunggenteng, Palabuhanratu, Ciwaru, dan Minajaya.
Selama ini hasil tangkapan ikan nelayan Sukabumi kebanyakan jenis layur, cakalang, dan tuna. Kini jenis ikan tersebut masih belum muncul.
Di tengah keadaan tersebut, sebagian nelayan di selatan Sukabumi mencoba menangkap benur atau lobster bertelur. Dalam ketentuan yang belaku saat ini, penangkapan tersebut dilarang, mengacu pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penangkapan Lobster, Kepiting, dan Rajungan yang dikeluarkan pada 7 Januari 2015.
Para nelayan, ungkap Andi, terpaksa menangkap benur karena tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari. Terlebih saat ini para nelayan masih kesulitan mendapatkan ikan. Petugas di lapangan berada dalam posisi dilematis.
Andi mengungkapkan, masih sedikitnya hasil tangkapan ikan berpengaruh pada perolehan pendapatan asli daerah (PAD). Penurunannya bisa mencapai sekitar 50 persen dibandingkan kondisi normal.
"Kami tidak bisa memprediksi kapan musim sulit ikan ini berakhir," terang Andi. Pasalnya hal ini tergantung pada gejala alam yang tidak bisa diprediksi seperti sebelumnya.