Senin 17 Jul 2017 19:14 WIB

Aplikasikan Nilai Agama Tangkal Pengaruh Radikal

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Madrasah Muallimin Muhammadiyah.
Foto: Dokumen
Madrasah Muallimin Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pelajar yang memiliki perilaku radikal merupakan penyimpangan dan itu persentasenya kecil. Karenanya, pernyataan salah satu pejabat bahwa radikalisme telah menjangkiti kalangan pelajar, tidak dapat serta merta kemudian diterapkan secara general.

“Tidak bisa digunakan untuk menjustifikasi fenomena secara menyeluruh,”  kata Humas Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Sarijan, Senin (17/7).

Ia memberi contoh di Mu'allimin, selama ini tidak ada perilaku radikal yang terjadi, baik di kalangan peserta didik (santri), tenaga pendidik (ustaz), maupun tenaga kependidikan (karyawan).

‘’Kami juga belum pernah sampai berurusan dengan aparat penegak hukum terkait masalah itu. Kalaupun paham itu sudah sejak dahulu mengemuka, namun para santri kami ternyata tidak terkena imbasnya, baik di dalam area madrasah maupun ketika mereka berada di luar madrasah,’’ujarnya.

Namun begitu, ia mengaku tidak bisa menjamin 100 persen bahwa ke depan para santri Mu’allimin tidak akan terefek oleh paham tersebut. Oleh karena itu, Mu’allimin tidak semata-mata mengantisipasi berjangkitnya paham itu saja.

Melainkan pula berupaya membekali para santri  agar selalu ber-fastabiqul khairat (red. berlomba-lomba di dalam kebajikan). ‘’Selama ini kami selalu mengutamakan penanaman nilai-nilai keagamaan serta aplikasi riilnya secara intensif, baik di dalam kelas maupun di lingkungan asrama dengan konsep pendidikan long day education (pendidikan sepanjang hari selama 24 jam) yakni di kelas dan di asrama,’’ ujarnya.

Habituasi (pembiasaan) keislaman inilah yang diyakini mampu membentengi para siswa kami untuk hanya melakukan hal-hal yang baik saja dalam kehidupannya, dan sebisa mungkin menjauhkan diri dari berbagai tindakan yang merugikan orang lain.

Terlebih yang mencemarkan nama baik diri, madrasah, persyarikatan, maupun agama. “Termasuk apabila mereka sudah berada di tengah-tengah masyarakat luas,” jelas Sarijan.

Lebih lanjut ia mengatakan pola pendidikan yang Islami, beserta habituasi serta penerapannya secara nyata adalah benteng kuat dan ampuh agar santri memiliki karakter dan budi pekerti yang luhur. Hal itulah yang menurutnya akan mampu mencegah berbagai perilaku menyimpang dan munkar, termasuk perilaku radikal dalam berbagai manifestasinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement