Kamis 13 Jul 2017 22:28 WIB

NTB Gelar Silaturahim Akses Kearifan Lokal

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB Ahsanul Khalik menggelar silaturahim akses kearifan lokal berlanjut di Kabupaten dan Kota Bima pada Kamis (13/7).

Ahsanul mengatakan Kabupaten dan Kota Bima bagian dari NTB yang memiliki sejumlah kearifan lokal yang tempo dulu menjadi pedoman hidup bersama, mulai dari kerukunan, keamanan, persatuan, kerja keras, dan beribadah kepada Tuhan terbangun melalui filosofi bermasyarakat itu.

"Tidak sedikit tulisan berbahasa Bima berisi ajakan yang jadi falsafah hidup terpasang hampir di setiap ruas jalan," kata Ahsanul saat dihubungi Republika.co.id dari Mataram, Kamis (13/7).

Namun, kata Ahsanul, ajakan falsafah kebaikan yang terpancang di sejumlah ruas jalan itu pada masa sekarang ini seolah-olah tidak bermakna bagi masyarakat lantaran kerap dicitrakan bertemperamen keras.

Ditambah kerap terjadinya perang antardesa, suku, dan kampung mudah meledak kala dipicu masalah kecil sekalipun. Padahal, lanjut Ahsanul, kearifan lokal berupa ungkapan-ungkapan tua yang menjadi filosofi hidup sudah turun-temurun dan begitu mengakar. "Hal ini tentu menjadi perhatian kita semua, termasuk pemerintah provinsi melalui Dinas Sosial," ucap Ahsanul.

Ahsanul mencontohkan ungkapan maja labo dahu yang berarti malu sama takut (malu kepada sesama, takut kepada Tuhan). Ungkapan lain yang terpajang di di beberapa sudut kota dan Kabupaten Bima, katuda pu rawi ma tedi, katedi pu rawi ma tada. “Artinya, tunjukkanlah kerja yang giat dan jangan mengambil hak orang," ucap Ahsanul.

Ahsanul meyampaikan dahulu Dou Mbojo (Masyarakat Bima) sangat santun dan sangat hormat kepada pimpinan, termasuk kepada camat, (kepala) polsek, dan (komandan) koramil dan masyarakat secara rutin ada yang turut menjaga kantor-kantor milik pemerintah.

Namun, Ahsanul mengaku heran hika saat ini mengapa perilaku masyarakat jadi agak jauh dari apa yang ditinggalkan olah para tetua kita pada zaman dahulu. "Lalu pertanyaan kita bersama ke mana peradaban masa lalu itu? Menjadi tugas kita lah saat ini untuk menggali kembali lalu menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari," ungkap Ahsanul.

Dengan keprihatinan bersama ini, Dinas Sosial NTB kemudian mengangkat kembali nilai-nilai kearifan lokal itu, di mana peran Dewan Adat harus diberi tempat. "Mereka bisa bekerja sama dengan Lembaga Masyarakat Adat bentukan pemerintah di desa-desa," ujar Ahsanul.

Ahsanul mengingatkan kepada peserta silaturahmi agar mengingat kembali makna "Dana Mbojo Dana Mbari", yang memiliki tanah yang penuh keramat, tanah yang penuh keberkahan dan memberikan perilaku dan tata bicara yang santun dalam kehidupan Dou Mbojo yang saling menghargai dan saling menyayangi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement