REPUBLIKA.CO.ID, Setelah mengantre di loket dan membayar Rp 25 ribu per orang, Latief Saputra (28 tahun) bersama istri dan anaknya diberi dua kartu, lalu mereka bergegas menuju peron pemberangkatan. Tiket berupa kartu elektronik itu selaiknya tiket commuter line yang biasa digunakan warga Jabodetabek untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Namun, kali ini, Latief bukan hendak menaiki commuter line, melainkan kereta api mini, sebuah wahana transportasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang beroperasi kembali setelah sempat "mati suri". Warga asal Depok itu merasa cukup antusias untuk menjajal kereta api mini karena ini merupakan pengalaman pertamanya.
Pria 28 tahun yang mengaku hobi naik kereta itu ingin menularkan kegemarannya kepada si buah hati yang kini berusia 8 bulan. TMII menjadi tujuan wisata yang dipilih Latief dan keluarga pada hari kedua Lebaran 2017 setelah memutuskan tidak mudik ke kampung halamannya di Cilacap, Jawa Tengah.
"Ini tahun pertama punya anak, jadi belum berani dibawa mudik. Sekalian untuk mengajarkan anak naik wahana-wahana seperti kereta mini ini, jadi kalau nanti naik kereta api benaran dia tidak kaget," tuturnya.
Operational Manager Kereta Api Mini Erwin Nasution menjelaskan bahwa pengaktifan kembali salah satu sarana transportasi di TMII itu dilatarbelakangi permintaan para wisatawan.
"Banyak yang kangen sama kereta ini karena dia menjadi wahana andalan Taman Mini. Banyak orang menanyakan keretanya jalan lagi atau tidak karena sudah 2 tahun vakum," katanya.
Karena alasan tersebut, pihak pengelola berinisiatif untuk merenovasi terutama bangunan stasiun, lokomotif, dan rel kereta api agar bisa difungsikan kembali seperti sebelumya. Tidak tanggung-tanggung, pihak pengelola bahkan mengeluarkan hampir Rp12 miliar untuk biaya renovasi stasiun dan infrastruktur kereta api mini yang mulai beroperasi kembali sejak 19 April 2017.
Bahkan, beberapa inovasi ditambahkan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna kereta api mini. Antara lain, mengubah sistem tiket dari karcis menjadi kartu elektronik, mengubah konstruksi kereta dari yang semula tertutup menjadi terbuka.
Gerbong-gerbong kereta juga dicat dengan warna yang lebih "eye catching" seperti merah, hijau, kuning untuk menarik perhatian anak-anak yang menjadi sasaran utama sarana transportasi wisata ini. Untuk tetap mempertahankan tema budaya yang menjadi ciri khas wisata TMII, masing-masing gerbong kereta api mini dilukis dengan gambar kesenian khas pulau-pulau Indonesia, seperti Kalimantan dan Bali.
"Ternyata memang antusiasme datang dari masyarakat, terutama anak-anak. Salah satu ikon Taman Mini kan berkeliling dengan kereta," ujar Erwin.
Biasanya kereta api mini hanya beroperasi pada hari Sabtu dan Ahad. Namun, sejak hari pertama Lebaran 2017, pihak pengelola mengoperasikan kereta setiap hari.
Satu lokomotif kereta api mini yang terdiri atas rangkaian empat gerbong berkapasitas masing-masing 30 orang itu akan membawa pengunjung berkeliling area TMII dengan jarak sekitar 4 kilometer dan waktu tempuh 25 menit.
Kereta tersebut berangkat dari stasiun yang terletak di samping Masjid Diponegoro, kemudian akan bergerak melewati deretan anjungan rumah ibadah, Museum Keprajuritan Indonesia, beberapa anjungan provinsi, Taman Legenda Keong Mas, Taman Burung, dan Skyworld sebelum kembali ke stasiun tersebut.
Tarik pengunjung
Liza (29), pengunjung TMII, mengaku, tertarik mencoba naik kereta api mini karena harga tiket yang lebih terjangkau daripada kereta gantung atau kereta tenaga angin (aeromovel) yang harga tiketnya mencapai Rp 50 ribu pada liburan akhir pekan. Selain itu, faktor keamanan dan alternatif edukasi juga menjadi pertimbangan tambahan untuk mengajak putranya yang berusia 2,5 tahun berkeliling TMII menggunakan kereta api mini.
"Ini bisa menjadi alternatif hiburan untuk anak-anak. Cukup seru dan aman, sih, karena anak jadi bisa lihat anjungan-anjungan rumah adat, bianglala juga," katanya lagi.
Pihak pengelola mencatat rata-rata 900 orang menumpang kereta api mini. Selama liburan panjang Lebaran, jumlah tersebut ditargetkan meningkat hingga 2.000 penumpang per hari dengan total 15 sampai 16 perjalanan kereta.
Sejauh ini pihak pengelola belum gencar melakukan promosi kereta api mini karena masih fokus mengoperasikan pada dua lokomotif, besar, dan kecil dengan total enam gerbong.
"Ke depannya kami akan mencoba membuat paket wisata, ulang tahun, atau gathering, bekerja sama dengan pihak pemasaran TMII. Promosi ke sekolah-sekolah juga akan kami lakukan karena sebenarnya banyak yang belum tahu kalau kereta api mini sudah aktif kembali," kata Erwin.
Selain itu, dirinya juga akan bekerja sama dengan beberapa bank agar pengunjung yang memiliki uang elektronik dapat menggunakan kartunya untuk naik kereta api mini, tanpa perlu antre membeli tiket.
Keberadaan kereta api mini tentu menjadi daya tarik baru bagi warga Ibu Kota atau daerah lain yang akan berwisata ke TMII. Selama 2 pekan liburan Lebaran, 25 Juni hingga 9 Juli 2017, pihak pengelola TMII menargetkan 350 ribu kunjungan wisatawan.
Target ini dinilai cukup realistis mengingat pada tahun 2016 jumlah wisatawan yang mengunjungi TMII selama sepekan liburan Lebaran menembus angka 400 ribu orang. Pihak pengelola menaikkan harga tiket masuk dari Rp 10 ribu menjadi Rp 15 ribu per orang dengan jam operasional pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB.