Ahad 18 Jun 2017 17:10 WIB

Menanti Islah Sejati Pertikaian Dua Kubu PPP

Rep: FAUZIAH MURSID/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuzy. (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuzy. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarnya putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) lalu disusul dengan putusan Mahkamah Agung yang mengabulkan peninjauan kembali PPP Kubu Romahurmuzy, diharapkan mengakhiri pertikaian internal partai berlambang ka'bah tersebut. Pasalnya, hingga kini belum ada cara yang mampu menyudahi konflik internal partai yang terjadi selama kurang lebih tiga tahun terakhir tersebut.

Ketua Umum PPP Romahurmuzy menyebut putusan MA yang menyempurnakan putusan PT TUN sebagai upaya mengakhiri seluruh dualisme kepemimpinan di PPP. Ia pun mengajak kubu PPP Djan Faridz bergabung kembali membesarkan partai demi kemenangan Pemilu 2019 mendatang.

"Ini adalah berkah Lailatul Qadar untuk PPP, putusan PK ini adalah puncak dari upaya hukum luar biasa yang tidak ada lagi upaya hukum sesudahnya. Karena itu, saya menyerukan kepada Pak Djan, sudahilah seluruh pertikaian. Umat menunggu kiprah nyata PPP menuju Pileg yang tinggal 22 bulan lagi," ujar Romahurmuzy kepada wartawan pada Ahad (18/6).

Namun dari kubu Djan, nampaknya putusan tersebut tidak secara gamblang dianggap jalan untuk islah kedua kepengurusan tersebut. Sekjen PPP Kubu Muktamar Jakarta, Dimyati Wiranata Kusuma mengungkap belum ada keinginan pihaknya kembali memperpanjang persoalan hukum kembali.

Sebab, ia berharap seluruh pertikaian ini segera disudahi dengan komitmen serius oleh pimpinan PPP antara Romahurmuzy dan Djan Faridz. Sebab islahnya dua tokoh ini dianggap jalan satu-satunya bersatunya kembali PPP.

"Saya berharap islah yang diucapkan Pak Dim bukan berhenti sebagai lips service saja, caranya dengan menyatakan secara sukarela bergabung ke dalam kepengurusan ini," ujar Romi, sapaan akrabnya.

Romi juga menegaskan, sudah ada itikad baik dirinya secara pribadi ialah dengan Djan Faridz yakni beberapa kali hendak menemui Djan Faridz secara langsung. Bahkan ia menyebut, sudah ada upaya lima kali selama 2,5 tahun terakhir ini bertemu dengan Djan Faridz.

"Dengan membuat janji dengan Pak Djan tapi selalu dibatalkan last minute oleh Pak Djan. Bahkan sudah tiga kali saya ke rumah Pak Djan tapi tidak ditemui, padahal yang buat janji bukan tokoh sembarangan, antara lain Pak JK, Bu Mega, dan Pak Ical," ungkapnya.

Oleh karenanya, ia menolak jika dikatakan tidak menghendaki islah yang benar-benar islah di PPP. Karenanya, kaliini ia akan mencoba kembali mengajak Djan untuk benar-benar kembali ke PPP.

"Saya akan ajak Pak Djan melupakan apa yang sudah berlalu. Ayolah energi pak Djan yang ada, digunakan untuk membesarkan PPP, bukan untuk mempertahankan egonya," ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kubu Djan Faridz Achmad Dimyati Wiranatakusumah menanggapi ajakan bersatu Ketua Umum PPP Kubu Romahurmuzy pasca adanya putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN). Menurut Dimyati, ajakan tersebut harus disertai dengan keseriusan dan komitmen untuk tujuan kebersamaan partai.

"Kalau mengajak itu ya duduk bersama-sama, jangan merasa paling tinggi ini kan masih sengketa. Saya berharap segera selesaikan hentikan pertikaian ini. Nah buat Romi dan Djan bersatulah," ujar Dimyati di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Kamis (15/6).

Menurutnya, putusan PT TUN yang mengukuhkan kepengurusan PPP Kubu Romahurmuzy hasil Muktamar Pondok Gede harusnya menjadi pertimbangan pimpinan PPP dua kubu agar menyelesaikan persoalan. Bukan justru melanjutkan konflik internal yang tak berkesudahan. Sebab, pecahnya internal PPP ini akan membuat partai berlambang Kabah tersebut lebih berat menghadapi tantangan Pemilu 2019.

"Bersatu saja berat untuk menghadapi pemilu 2019 apa lagi pecah. Ini yang harus dipikirkan yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu, kedepankan persatuan dan kesatuan, jangan kedepankan ego kepentingan pribadi dan kelompok," kata Dimyati.

Anggota Komisi I DPR RI itu pun menilai kunci islah kedua kepengurusan ini berada di tangan Djan Faridz dengan Romahurmuzy. "Dua orang itu (kunci) yang lain makmum lah, ini kan pertikaian Pak Romi dan Suryadarma Ali akhirnya ke Pak Djan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement