Jumat 02 Jun 2017 15:38 WIB

Ketum HMI Dukung BNPT Masuk Kampus

Rep: Kabul Astuti/ Red: Bayu Hermawan
Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Mulyadi P Tamsir (kanan)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Mulyadi P Tamsir (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Mulyadi Tamsir mendukung usulan agar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) masuk kampus. Namun, ia membantah asumsi bahwa gerakan radikalisme telah 'bermain' di lingkungan kampus.

Mulyadi mengatakan semua warga negara dan generasi muda harus menjadi bagian untuk menanggulangi bahaya terorisme. Karena, terorisme adalah musuh bersama. Ia memandang positif adanya penyuluhan atau sosialisasi penanggulangan bahaya terorisme di kampus.

"Jadi bagi saya itu bagus dilakukan oleh BNPT bekerja sama dengan kampus supaya generasi muda kita terhindar dari perilaku-perilaku teroris. Karena masuknya para pelaku dan jaringan terorisme  di kampus bisa membahayakan kehidupan generasi muda," ujar Mulyadi kepada Republika.co.id, Jumat (2/6).

Menurut Mulyadi, format program BNPT di kampus-kampus ini nantinya bisa dilakukan lewat sosialisasi atau memanfaatkan organisasi-organisasi kampus, baik intrakampus maupun ekstrakampus, untuk membuat grup diskusi.

Mengingat jumlah mahasiswa yang begitu banyak, menurutnya, tidak mungkin dikerjakan sendiri oleh BNPT. Lembaga itu harus melibatkan institusi mahasiswa. Nantinya, para mahasiswa dengan kesadarannya sendiri dapat menularkan kepada mahasiswa yang lain.

Ketua Umum PB HMI ini sepakat pemahaman tentang bahaya terorisme dan radikalisme harus disampaikan sebagai upaya preventif. Pasalnya, suatu institusi baik kampus, organisasi, masjid, atau yang lain, adalah tempat paling mudah untuk mengumpulkan basis massa. Kendati demikian, Mulyadi membantah asumsi bahwa gerakan terorisme dan radikalisme telah masuk ke lingkungan kampus.

"Kalau asumsinya kampus telah dikooptasi oleh radikalisme itu salah. Tidak, menurut saya. Tapi kalau itu bagian dari upaya pencegahan itu boleh, harus dilakukan," katanya.

Menurutnya, tidak bisa disangkal bahwa ada satu dua orang mahasiswa atau alumni kampus menjadi teroris. Tapi, ia tidak sepakat bahwa kampus telah terkooptasi oleh paham radikalisme dan terorisme.

Dari sekian banyak teroris, menurut Mulyadi, masih lebih banyak pelaku yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan di perguruan tinggi. Ia juga membantah ada organisasi kampus yang terdeteksi tergabung dalam jaringan terorisme.

"Saya tidak menangkap ada organisasi kampus yang terdeteksi tergabung dalam jaringan teroris. Tidak. Ini hanya oknum-oknum saja. Pasti mereka bukan karena dunia kampusnya, tapi karena komunikasi di luar kampus," jelasnya.

Sebelumnya, Forum Rektor Indonesia (FRI) mengusulkan agar BNPT masuk ke lingkungan kampus. Ketua FRI Suyatno mengatakan selama ini belum ada data peta perguruan tinggi rawan radikalisme. Ia mengusulkan BNPT masuk ke lingkungan kampus untuk membantu memantau potensi radikalisme dan intoleransi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement