Senin 29 May 2017 16:04 WIB

Dikritik Habis-Habisan Soal Artikel Warisan, Begini Klarifikasi Afi

Rep: Rizma Riyandi/ Red: M.Iqbal
Asa Firda Inayah (kanan) saat berbicara di Talkshow Kebangsaan di Fisipol UGM, hari ini.
Foto: Rizma Riyandi/Republika
Asa Firda Inayah (kanan) saat berbicara di Talkshow Kebangsaan di Fisipol UGM, hari ini.

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Tulisan remaja bernama Asa Firda Inayah atau akrab dengan nama pena Afi dibanjiri banyak pujian dan kritik, terutama artikel berjudul "Warisan" yang ia tulis dalam akun Facebook beberapa waktu lalu. Tulisan tersebut mengundang reaksi berupa sanggahan, kecaman, hingga ancaman.

Sebab, dalam tulisan tersebut disebutkan bahwa agama, ras, dan bangsa merupakan bagian dari sebuah warisan yang diterima seseorang tanpa harus dipersalahkan. Pemikiran tersebut dianggap salah oleh sebagian orang, karena pada dasarnya, agama merupakan sebuah pilihan.

Terkait hal tersebut, Afi menampik bahwa apa yang dituduhkan kepadanya tidak semua benar. Ia menjelaskan bahwa poin utama artikelnya menekankan pada kerukunan umat beragama dalam bangsa Indonesia. Bukan menekankan bahwa agama merupakan sebuah warisan. "Tapi poin utamanya harus rukun," katanya saat mengisi talkshow Kebangsaan di Aula Fisipol UGM, Senin (29/5).

Karena menurut Afi sendiri ada dua bentuk warisan yang dapat dipilih dan tidak dapat dipilih. Ia mengemukakan, jenis warisan yang tidak dapat dipilih dan diubah seperti warna kulit, ras, bangsa, dan jenis kelamin. Sementara keyakinan atau agama merupakan sebuah pilihan. Siapapun berhak memilih agamanya setelah dewasa, meski dilahirkan dalam agama tertentu.

Begitupun Afi. Dia mengaku lahir dalam keluarga Islam NU. Hingga saat ini, ia dengan sadar dan yakin tetap memilih Islam sebagai jalan hidupnya. "Dengan bangga saya katakan bahwa saya ini seorang Muslim. Karena selain dilahirkan dalam keluarga yang beragama Islam, saya juga memang memilih agama ini," ujarnya.

Ia mengatakan, pada dasarnya semua agama adalah benar bagi pemeluknya masing-masing. Bahkan setiap orang diperbolehkan untuk meyakini kepercayaannya. Asal tidak menyatakannya pada orang lain, sampai menyebabkan pertentangan seperti sekarang.

Secara pribadi, Afi menyayangkan sikap beberapa orang yang terlalu gegabah melakukan hal tersebut, hingga dengan berani mengkafir-kafirkan orang lain. Maka itu, melalui tulisannya Afi berniat untuk mengajak masyarakat Indonesia berpikir mengenai keberagaman yang seharusnya dipelihara dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement