Kamis 01 Jun 2017 09:07 WIB

Direktur INFIT: Jangan Eksploitasi Afi!

Direktur Eksekutif Institute For Indonesian Integrity (Infit) Abdul Haji Talaohu.
Direktur Eksekutif Institute For Indonesian Integrity (Infit) Abdul Haji Talaohu.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Polemik terkait Afi Nihaya Faradisa beserta beragam kontroversi yang menyertainya, menuai banyak tanggapan. 

Direktur Institute For Indonesia Integrity (INFIT) Abdul Haji Talaohu menduga ada aktor di balik fenomena Afi ini.

"Afi ini tiba-tiba muncul. Dan langsung meledak. Besar kemungkinan ada aktor yang bermain di belakang remaja ini," kata Abdul Haji Talaohu dalam siaran persnya, Kamis (1/6).

Dia melihat apa yang Afi sampaikan tidak sepenuhnya orisinil,  sehingga diduga kuat ada aktor yang menjadikan Afi sebagai objek kepentingan tertentu.

"Dalam perspektif marketing, Afi adalah sosok yang mewakili antitesa dari fenomena hari ini. Ia sosok dengan diferensiasi yang nyata; perempuan, Muslim, anak remaja. Karenanya, menjadi lumrah ketika ia menuai publisitas yang tinggi" ujar Ajis, sapaan akrab Abdul Haji Talaohu.

Akan tetapi menurut Ajis, apa yang Afi peroleh saat ini justru berbahaya bagi perkembangan psikologis Afi. Terlebih jika kemudian sikap kritis Afi tersebut ternyata dimanfaatkan oleh kepentingan kelompok elite tertentu yang menarik Afi dalam pusaran pertarungan elite.

"Afi adalah anak yang cerdas dan kritis. Biarkan Afi berkembang secara alamiah. Tetapi kita perlu memastikan pula bahwa nalar kritis Afi tidak dimanfaatkan atau dibajak oleh kepentingan elite tertentu," tambah pengacara muda ini.

Ajis menambahkan bahwa polemik plagiasi yang dilakukan oleh Afi sedikit banyak dipengaruhi oleh publisitas yang diterimanya. Hal tersebut terjadi karena tanpa sadar, perlahan-lahan telah terjadi eksploitasi yang mendorong Afi untuk terus produksi wacana.

"Jika betul ada tindak plagiarisme dalam tulisan Afi, maka hal tersebut dengan sendirinya telah mendorong Afi untuk memupuk benih ketidakjujuran. Ini tidak baik bagi pembangunan integritas dan proses pendewasaannya" tegas Ajis.

Menurutnya, Afi adalah harapan bangsa ke depan. Oleh karenanya, Ajis berharap dia dapat tumbuh dewasa dengan normal dan tidak menjadi contoh dari betapa buruknya Media dan elite tertentu mengeksploitasi seseorang.

"Bisa jadi dia layu sebelum berkembang," tutup Ajis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement