REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakapolri Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin menduga pelaku ledakan bom bunuh diri di kawasan Kampung Melayu, Jakarta Timur, merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD). "Bukan 'lone wolf', pelakunya dari kelompok JAD," ujar Syafruddin yang ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (26/5).
JAD ini, lanjutnya, merupakan kelompok yang telah muncul sejak 2015. Kelompok JAD selama ini dikenal mendukung aksi teror yang dilakukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). "Secara hirarkis JAD juga ada hubungannya dengan ISIS," ungkap dia.
Syafruddin tidak menjelaskan lebih lanjut sejarah keterkaitan JAD dengan organisasi teroris tersebut. Namun, ia mengungkapkan, anggota kepolisian kerap menjadi salah satu target aksi radikal JAD. Sementara itu, pada Januari 2017, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan pernyataan yang mengategorikan JAD sebagai kelompok di Indonesia yang paling mendukung ISIS.
JAD juga disebut sebagai organisasi payung yang terdiri dari ratusan simpatisan ISIS, yang berada di seluruh penjuru Indonesia. Pemerintah AS kemudian memblokir pendanaan dan melarang warga Amerika terlibat dalam kelompok ini.
Pada Rabu malam (24/5), dua bom bunuh diri meledak di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, yang masing-masing terjadi pukul 21.00 WIB dan pada 21.05 WIB. Kejadian tersebut menyebabkan dua pelaku bom bunuh diri tewas seketika, serta tiga polisi gugur dalam peristiwa itu. Sementara itu, korban yang mengalami luka-luka berjumlah 11 orang yang terdiri dari enam polisi dan lima masyarakat sipil.