REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang sekitar seratus tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Dalam kesempatan ini, Jokowi pun menceritakan kekaguman negara lain terhadap keberagaman, toleransi, dan kerukunan masyarakat Indonesia.
Setiap kali bertemu dengan kepala pemerintahan negara lain, Jokowi selalu menceritakan kondisi geografis dan juga keanekaragaman budaya serta bahasa di Indonesia yang tak bisa ditemukan di negara lain.
“Tidak ada di negara manapun di dunia ini yang sebegitu ragamnya seperti Indonesia dengan juga beragam agama, gak ada, di dunia maupun gak ada. Kekaguman mereka terhadap kita adalah kita ini rukun-rukun, kita sudah 72 Tahun juga tidak pernah ada masalah. Itu kekaguman yang diberikan negara lain terhadap kita,” kata Jokowi saat memberikan arahan dalam Forum Kerukunan Umat Beragama di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (23/5).
Hal itu berbeda dengan kondisi negara lainnya seperti di Palestina maupun Afghanistan. Kepada Jokowi, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pun menceritakan keadaan negaranya yang merupakan negara kaya akan tambang emasnya, namun belum dieksplorasi. Afghanistan juga memiliki kekayaan tambang gas dan juga minyak di dunia.
Kendati demikian, terjadi pertikaian di negara yang 99 persen masyarakatnya memiliki agama sama itu. Pertikaian tersebut menyebabkan perpecahan hingga 40 kelompok yang sulit untuk dirukunkan kembali. “Dan sekarang jadi ceritanya Presiden Ashraf 24 tahun berada di luar negara karena pertikaian itu,” ujarnya.
Baca juga, Seratusan Peserta Ikuti Konferensi Toleransi Dunia di Purwakarta.
Karena itu, Presiden Ashraf Ghani pun berpesan kepada Jokowi untuk menjaga kerukunan dan persatuan masyarakat di Indonesia. Sebanyak 250 juta rakyat agar tidak menjadi korban pertikaian dari ribuan orang. “Titipan pesan beliau kepada kita jaga betul yang namanya kerukunan dan persatuan itu. Jangan biarkan 250 juta lebih penduduk Indonesia ini berantem gara-gara 1000-2000-10 ribu orang. Jangan korbankan rakyat, mengaca dari pengalaman Afghanistan yang seperti itu,” tegas Jokowi.
Bahkan, kepada Jokowi, Presiden Afghanistan juga meminta bantuan dari ulama Indonesia untuk membantu merukunkan kembali masyarakatnya. Karena itu, Jokowi juga mengarahkan para tokoh lintas agama agar segera menyelesaikan setiap masalah ataupun gesekan kecil yang terjadi di masyarakat.
Selain itu, Presiden juga mengarahkan agar tokoh lintas agama turut memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai bagian masalah yang masuk di jalur hukum, agama, maupun politik. Masyarakat pun diminta agar tak mencampuradukan masalah yang terjadi. “Banyak politiknya. Berikan pemahaman kepada masyarakat yang mana wilayah politik, dan yang mana wilayah hukum, yang mana wilayah agama. Biar pilah-pilah pisah-pisah. Jangan campur aduk. Kita sekarang ini mulai campur aduk,” jelas dia.
Selain itu, Presiden juga menyampaikan masalah radikalisme dan terorisme yang sudah menjadi kekhawatiran dari berbagai negara di belahan dunia. Masalah terorisme saat ini menjadi tantangan terbesar di berbagai negara. Namun, lagi-lagi menurut Jokowi, Indonesia dinilai menjadi negara yang dikagumi oleh negara lain dalam upaya menyelesaikan masalah radikalisme ini.