Sabtu 20 May 2017 14:40 WIB

Pernyataan 'Gebuk' dari Presiden Dinilai tidak Relevan Redam Situasi

Rep: Dian Erika N/ Red: Bayu Hermawan
Rocky Gerung.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Rocky Gerung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen di Departemen Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI), Rocky Gerung, mengatakan pernyataan 'gebuk' yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), beberapa waktu lalu tidak relevan digunakan untuk kondisi saat ini. Presiden sebaiknya tidak menggunakan kalimat yang mengganggu optimisme masyarakat.

Menurut Rocky, gebuk merupakan istilah lama yang digunakan pada 30 tahun lalu, bahkan sebelumnya. Dia melihat pernyataan itu tidak pas dilontarkan jika bertujuan meredam situasi saat ini.

"Padahal, yang ada saat ini bukan problem nasionalisme, melainkan gagalnya percakapan kewarganegaraan. Itu yang harus diperbaiki oleh pemerintah," ujar Rocky dalam diskusi bertajuk 'Meraba Peluang Kebangkitan di Panggung Dunia' di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/5).

Rocky menegaskan, kalimat adalah faktor paling rentan dalam membatalkan optimisme masyarakat. Pernyataan yang diungkapkan Presiden beberapa waktu terakhir, kata dia, ada sangkut pautnya dengan beberapa pembatalan kesepakatan kerja sama antara pemerintah dengan berbagai pihak.

 

Sayangnya, lanjut Rocky, hal ini tidak banyak diketahui masyarakat. "Kita memerlukan pemimpin yang cerdas, punya kapasitas dan yang konsep bagus, sehingga semua orang paham apa yang terjadi," ucapnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement