Kamis 18 May 2017 20:44 WIB

Letusan Meriam dan Isak Tangis Bunda Antar Heru ke Peristirahatan Terakhir

Roket 70 Grad penghancur ditembakkan dari Bandara Kasiguncu ke arah koordinat Gunung Biru saat kegiatan PPRC dimulakan, di Poso Pesisir, Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (31/3).
Foto:

Tiba-tiba, informasi itu datang, anaknya gugur dalam mengemban tugas negara. Kabar itu diterimanya langsung dari istri Heru, Yona Tritiana lewat telepon.

"Setengah jam setelah kejadian saya menerima informasi tersebut, kami hanya bisa pasrah dan banyak berdoa," kata dia sembari menahan kesedihan.

Jenazah Heru yang tiba di rumah duka di Lubuk Alung pada Kamis dini hari sekitar pukul 01.00 WIB setelah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) menggunakan pesawat Jenis CN 295/A-2905 milik TNI AU dengan pilot Mayor Pnb Armin. Jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusuma Bangsa melalui prosesi militer pada Kamis pukul 14.00 WIB.

Sementara, istri Heru, Yona Trisniati terlihat lemas menghadapi kenyataan yang menimpa dirinya. Tubuhnya seakan tidak bertenaga menopang beban yang dibawanya. Ia harus dibopong oleh dua orang agar bisa berjalan dan mengikuti upacara.

Raut kesedihan dan air mata tak bisa dilepaskan darinya, ia kehilangan suaminya yang berpamitan menjalankan tugas negara. Bibirnya bergerak kecil-kecil melafazkan doa-doa bagi orang yang paling dicintai dalam hidupnya itu sembari memeluk foto suaminya Kapten Arh Anumerta Heru Bahyu yang telah memberinya dua orang anak.

Matanya nanar memandang foto suaminya menggunakan seragam dinas kebanggaannya, sesekali ia melihat pusara suaminya yang telah dipenuhi dengan bunga mawar. "Papa, mama mau pulang ya. Besok mama kesini lagi," katanya berjanji sembari tangannya meremas tanah makam suaminya.

Tangisan pun meluncur dari kedua bola matanya, dan berusaha berdiri dari sisi kubur salah seorang pahlawan bangsa tersebut.

Insiden tersebut terjadi dalam latihan pendahuluan PPRC TNI yang dilaksanakan pada Rabu sekitar pukul 11.21 WIB. Ketika itu, salah satu pucuk Meriam Giant Bow dari Batalyon Arhanud 1/K yang sedang melakukan penembakan mengalami gangguan pada peralatan pembatas elevasi, sehingga tidak dapat dikendalikan.

Ia meninggal bersama Pratu Ibnu Hidayat, Pratu Marwan, dan Praka Edy. Sementara prajurit luka-luka, yakni Pratu Bayu Agung, Serda Alpredo Siahaan, Prada Danar, Sertu B Stuaji, Serda Afril, Sertu Blego Switage, Pratu Ridai Dan Pratu Didi Hardianto

Kapten Arh Anumerta Heru Bahyu lahir pada 6 Juli 1987 di Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat. Ia merupakan lulusan Akmil 2008 dengan jabatan terakhir Danraimer B Yonarhanud 1/1 Kostrad.

Ia mengikuti pendidikan di tempat kelahirannya yaitu Lubuk Alung. Ia mulai bersekolah pada 1999 di tingkat sekolah dasar, pada 2002 ia mengikuti pendidikan tingkat sekolah menengah, dan Sekolah menengah pada 2005. Pada 2008 ia lulus masuk ke Akademi Militer dan mengikuti pendidikan.

Kapten Arh Heru Bayu meninggalkan dua orang anak berumur 2,5 tahun dan lima bulan serta seorang istri. Dalam kariernya pria itu telah menerima penghargaan Setya Lencana.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement