Kamis 18 May 2017 13:41 WIB

Jokowi Minta Indonesia Optimalkan Produktivitas Dalam Negeri

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Angga Indrawan
Presiden Joko Widodo
Foto: Republika/ Wihdan
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku gregetan melihat perkembangan pembangunan Indonesia yang tak maju-maju dan juga tak produktif. Saat membuka rapat Koordinasi Pengawasan Intern Pemerintah tahun 2017 di Istana Negara, Jokowi meminta pemerintah agar membenahi cara kerjanya beserta pola pikir.

Presiden meminta, disiplin nasional dan juga etos kerja harus diperbaiki sehingga Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dengan negara-negara lainnya.

“Inilah yang harus kita bangkitkan, disiplin nasional, etos kerja nasional kita yang harus kita ubah, mindset kita pola pikir kita harus kita ubah semuanya. Gak bisa kita seperti yang kemarin-kemarin. Saya sudah gregetan betul dengan masalah-masalah tidak produktif itu,” kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/5).

Jokowi menyoroti pola kerja pemerintahan saat ini yang masih monoton dan bekerja sesuai dengan rutinitasnya. Sementara, perubahan dunia sangat cepat sekali. Jika cara kerja pemerintah tak diubah, maka ia yakin Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara lainnya.  

“Kalau kita bekerja linear, kalau kita bekerja rutinitas, ditinggal kita. Pasti ditinggal. Kerja kita monoton, ditinggal kita,” kata dia.

Ia mencontohkan, negara lain saat ini sudah fokus pada masalah mengejar kemajuan teknologi. Sementara di Indonesia, masyarakatnya masih berkutat pada hal-hal yang tidak produktif, seperti halnya masalah demo, kabar bohong, saling menghujat, dan juga lainnya yang justru merusak bangsa dan semakin membuat Indonesia tertinggal.

“Kita masih berkutat hal-hal yang tidak produktif. Urusan demo, urusan fitnah, urusan hujat menghujat yang tidak produktif dan selalu ini negatif kita selalu mengembangkan pikiran negatif kita terhadap yang lain, suudzon terhadap yang lain. Fitnah, kabar kabar bohong, apakah ini mau diterus-teruskan,” tegas Jokowi. 

Presiden pun meminta agar masyarakat mengubah cara berpikir mereka dan menghentikan berbagai tindakan yang justru merugikan masyarakat. Tak hanya itu, mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga mengungkit masalah para nelayan yang hingga kini masih saja belum selesai, yakni terkait alat tangkap ikan cantrang. 

Begitu juga masalah para petani yang selalu berkutat pada masalah irigasi, pupuk, dll. Seharusnya, kata Jokowi, pemerintah dapat mengenalkan dan membawa para nelayan dan petani untuk memanfaatkan teknologi modern sehingga dapat menghasilkan produksi yang lebih baik pula.

“Petani bawa pada mekanisasi yang modern, teknologi yang modern. Kitanya terus-menerus berpuluh-puluh tahun masalah irigasi ga rampung-rampung. Masalah benih gak rampung-rampung. Nelayan masalah cantrang ga rampung-rampung. Kita mau ke mana?,” ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement