Rabu 17 May 2017 17:06 WIB

KOPRI Luncurkan Lima Buku di Kongres PMII

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Winda Destiana Putri
Membaca buku
Foto: ist
Membaca buku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menyelenggarakan Kongres XIX di Palu pada 15-19 Mei 2017. Kongres bertemakan “Meneguhkan Konsensus Bernegara Untuk Indonesia Berkeadaban” diikuti oleh kurang lebih 1200 orang yang terdiri dari peserta dan peninjau.

Pada pelaksanaan Kongres XIX, Korp PMII Putri (KOPRI) meluncurkan lima buku berkaitan dengan materi kaderisasi. Buku-buku yang diluncurkan tersebut antara lain Modul Kaderisasi, Historiografi KOPRI: Telaah Geneologi PMII-NU, Modul Advokasi, dan Modul Dakwah. 

Kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Korp PMII Putri mengatakan, buku-buku tersebut diharapkan menjadi pegangan kader dalam melakukan kaderisasi di cabang-cabang. "Kami ingin agar KOPRI ke depan dapat menjadi laboratorim kaderisasi anak-anak bangsa yang tidak hanya kuat keislamannya dan keindonesiaannya namun juga memiliki sensitifitas terhadap permasalahan umat di masyarakat," katanya dalam siaran persnya, Rabu, (17/5).

Ia menjelaskan, KOPRI ke depan berhadapan dengan permasalahan perempuan dan anak yang kian kompleks. Globalisasi dan modernisasi telah membawa perubahan yang sangat cepat dan berpengaruh pada kehidupan perempuan dan anak.

“Sebagai bagian dari elemen gerakan perempuan, KOPRI ke depan harus dapat memposisikan dirinya secara kelembagaan dapat mengkampanyekan isu-isu berkaitan dengan masalah perempuan dan anak. Secara organisasi kader, kami berharap organisasi ini dapat berfungsi menjadi laboratorium. Setiap kader dapat menyalurkan minat dan kecenderungannya di KOPRI PMII," ujar Lia.

Lia menjelaskan masalah-masalah perempuan yang membutuhkan respon cepat dari KOPRI antara lain kekerasan seksual, kekerasan anak, nikah anak, masalah buruh, advokasi petani dan lain sebagainya. Untuk menyiapkan kader-kader yang siap terjun di masyarakat itulah maka KOPRI harus mengoptimalkan diri sebagai organisasi kader. 

“Bagi kami setiap hari adalah pengkaderan. Setiap hari kader berinteraksi dan komunikasi dengan kader lain yang berbeda pemikiran maka terjadilah transformasi gagasan. Ini yang kami sebut kaderisasi informal," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement