Kamis 11 May 2017 20:15 WIB

Konsumsi Pertalite Melonjak Drastis di Jatim-Bali-Nusa Tenggara

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Dispenser pertalite
Foto: ROL/Andi M Arief
Dispenser pertalite

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium di wilayah Pertamina Marketing Operational Region (MOR) V wilayah Jawa Timur, Madura, Bali, NTT, NTB tercatat mengalami penurunan sebesar 50 persen pada Januari-April 2017 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara konsumsi bahan bakar nonsubsidi jenis pertalite dan pertamax masing-masing mengalami kenaikan 551 persen dan 90 persen pada periode tersebut.

General Manager Pertamina MOR V Herman M Zaini menyebutkan, konsumsi premium pada caturwulan pertama 2017 mencapai 788.416 kiloliter. Konsumsi Pertalite mencapai 732.717 kiloliter, dan Pertamax sebanyak 440.558 kiloliter. Sedangkan konsumsi Solar tercatat 757.849 kiloliter atau naik 3 persen. Bahan bakar lainnya seperti Pertamax Turbo mengalami kenaikan 35 persen serta Pertamina Dex naik 47 persen.

Secara keseluruhan, konsumsi gasoline (Premium, Pertalite dan Pertamax Series) pada caturwulan pertama 2017 mencapai 1.976.886 kiloliter atau naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan konsumsi gasoil (Solar dan Dex Series) mencapai 783.080 kiloliter atau naik 3 persen.

"Komposisi konsumsi Pertalite dan Pertamax ya hampir 70 persen, untuk BBM subsidi masih 30 persen di Jatim. Kalau di NTB dan NTT kebalik, yang subsidi konsumsinya masih 70 persen, nonsubsidi baru 30 persen," kata Herman kepada wartawan di SPBU Jl Jemursari Surabaya, Rabu (10/5).

Herman menambahkan, saat ini di wilayah MOR V sebanyak 20 SPBU sudah tidak menjual BBM bersubsidi atau hanya menjual bahan bakar khusus (BBK). Namun, ia menyadari untuk wilayah tertentu, permintaan BBM bersubsidi masih tinggi, terutama di Nusa Tenggara.

"BBM subsidi tetep disediakan terutama di jalur angkot itu pasti harus ada karena mereka sebenarnya yang disubsidi. Non subsidi meningkat kami mulai mengedukasi konsumen untuk membeli BBK karena pemeliharaan motor lebih murah sebenarnya. Sehingga subsidi yang sangat brsar bisa  kalau dipakai untuk bangun infrastruktur dan sebagainya," imbuh Herman.

Herman menilai, dengan komsumsi BBM nonsubsidi yang sudah mencapai 70 persen, ia optimistis Pertamina MOR V telah siap jika nanti pemerintah menerapkan standar EURO 4. Karenanya, ia mendorong agar masyarakat beralih ke BBM nonsubsidi jenis Pertalite maupun Pertamax.

"Jadi secara ekonomi dengan 70 persen konsumsi BBK di Jatim ekonominya sudah cukup bagus. Lain dengan NTT memang daerahnya agak remote, kebalikannya. Kalau Bali hampir sama dengan Jatim," ucap Herman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement