Rabu 10 May 2017 11:36 WIB

Alasan Muhammadiyah Bentuk Lembaga Penanggulangan Bencana

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Dwi Murdaningsih
Tim MDMC dalam menangani korban topan Haiyan di Filipina.
Foto: lazismu
Tim MDMC dalam menangani korban topan Haiyan di Filipina.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penanggulangan bencana menjadi salah satu bagian dari pengaplikasian semangat menolong kesengsaraan umum dalam kehidupan nyata. Maka itu, Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah (MDMC) dibentuk secara khusus sejak 2010 lalu.

Ketua MDMC, Budi Setiawan, mengatakan sesuai dengan teologi Al-Ma'un maka orang-orang yang harus ditolong adalah mereka yang tidak terperhatikan dan membutuhkan bantuan. “Bukan hanya anak yatim dan orang miskin, tapi juga masyarakat korban bencana yang mengalami keterpurukan,” katanya, saat ditemui di kantor PP Muhammadiyah, Jalan Cikditiro Yogyakarta, Selasa (9/5).

Hingga saat ini, MDMC telah berdiri di 20 provinsi dan siap melakukan tindakan penanggulangan bencana secara cepat tanpa melihat latar belakang korban bencana. Karena pada dasarnya setiap manusia wajib ditolong, meskipun memiliki perbedaan ras dan agama.

“Seperti saat bencana Sinabung, kita juga bergerak walau sebagian besar warga di sana non Muslim,” kata Budi. (Baca: Klinik Muhammadiyah Jangkau Daerah 3T)

Penanggulangan bencana pun tidak hanya dilakukan pada korban, melainkan juga pada penguatan sarana prasarana kesehatan, seperti rumah sakit siaga bencana. Awalnya MDMC telah melatih empat rumah sakit siaga bencana di Palembang, Bantul, Lamongan, dan Pondok Kopi Jakarta.

Namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan terhadap pelatihan tersebut terus bertambah. Sehingga saat ini ada delapan rumah sakit siaga bencana yang bergerak di bawah pembinaan MDMC. Bahkan belum lama ini MDMC baru saja memberi pelatihan rumah sakit siaga bencana pada jaringan rumah sakit Kristen.

Saat ini, MDMC fokus pada peningkatan kapasitas kemampuan dan sertifikasi relawan tanggap bencana. Pasalnya hal tersebut sangat penting agar relawan yang bertugas di lapangan dapat menjalankan perannya dengan baik tanpa menimbulkan risiko atau bahaya bagi diri mereka sendiri.

Setidaknya sekarang MDMC memiliki 150 pelatih dan relawan penanggulangan bencana yang sudah memiliki sertifikat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Mereka terdiri dari berbagai macam cluster. Termasuk relawan community development yang bertugas mendampingi pemulihan ekonomi masyarakat korban bencana.

Namun demikian, menurut Budi, sekarang gerakan MDMC lebih fokus pada pengurangan risiko bencana. Maka itu MDMC membuat divisi khusus bernama Pengurangan Risiko Bencana dan Kesiapsiagaan (PRBK). “Lebih baik bagi kita mencegah bencana dari pada melakukan penanggulangan saat bencana sudah terjadi,” kata Budi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement