Kamis 04 May 2017 07:38 WIB

Permintaan Telur Puyuh Tinggi, Pasokan Belum Mencukupi

Rep: Riga Iman/ Red: Winda Destiana Putri
Telur Puyuh
Foto: www.ditjenpas.go.id
Telur Puyuh

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Keberadaan telur puyuh banyak diminati oleh masyarakat. Pasalnya, jumlah permintaan komoditas pangan tersebut cukup tinggi di sejumlah daerah.

"Saat ini antara pasokan dengan permintaan pasar tidak seimbang," ujar Ketua Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia (APPI) yang juga pemilik Slamet Quail Farm (SQF) di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi Slamet Wuryadi kepada Republika Kamis (4/5). Faktanya lanjut dia permintaan telur puyuh dari 71 agen di Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, dan Mamuju Sulawesi Barat mencapai sebanyak 12,5 juta butir per pekan.

Namun terang Slamet yang baru terpenuhi sebanyak 3,5 juta butir telur puyuh per pekannya. Sehingga lanjut dia masih ada kekurangan pasar 9 juta butir telur puyuh per minggunya.

Kondisi tersebut kata Slamet bisa menjadi peluang usaha bagi masyarakat untuk terjun dalam budidaya burung puyuh. Selain telurnya ungkap dia budidaya puyuh juga menghasilkan daging terbaik yang bisa diolah untuk makanan bergizi.

Bahkan lanjut Slamet, kotoran puyuh merupakan yang terbaik untuk pupuk anorganik. Hal ini dikarenakan unsur hara makro dan mikro tertinggi setelah kotoran kelelawar.Di samping permintaannya yang tinggi ungkap Slamet, telur puyuh belum pernah dijual dibawah modal. Saat ini  terang dia modalnya hanya Rp 200 per butir dan bisa terjual Rp 300 per butirnya.  

Keunggulan lainnya ujar Slamet yakni produknya berupa telur dan daging puyuh selalu di bayar tunai atau cash. Hal menarik lainnya sambung dia konglomerat tidak masuk dalam usaha ini karena masih diberdayakan oleh para peternak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).  

Budidaya puyuh pun kata Slamet kini mulai dilirik kalangan pesantren dengan memberdayakan para santrinya untuk berwirausaha. Pada 2016 lalu melalui program BRI Peduli Teras Usaha Pesantren, para santri di Pesantren At Tibyan Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi mulai belajar dan mempraktekannya.

Kini perkembangannya ungkap Slamet cukup pesat dengan penghasilan sebesar Rp 4 juta per bulan. Selanjutnya, pada awal Mei 2017 melalui program santripreneur BRISyariah menggandeng Baznas melatih budidaya puyuh santri di Pesantren Global Insan Mandiri (GIM) Al Amin Kecamatan Cicurug, Sukabumi.

Pimpinan Pesantren At Tibyan Ustaz Achmad Nurhadi mengatakan, populasi produktif burung puyuh di tempatnya mencapai 2.500 ekor dan bisa menghasilkan 2.300 butir telur per harinya. "Setiap bulan minimal mendapatkan penghasilan Rp 4 juta," imbuh dia. Ke depan, ia akan terus mengembangkan budidaya burung puyuhnya hingga mencapai 10 ribu ekor burung puyuh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement