Rabu 19 Apr 2017 17:02 WIB

Kapolri Sebut Keributan di TPS Kamal Hanya Kesalahpahaman

Rep: Alfan T Hilmi/ Red: Nidia Zuraya
Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, keributan yang terjadi di tempat pemungutan suara (TPS) dekat Kantor Kelurahan Kamal, Jakarta Barat merupakan kesalahpahaman. Ia juga telah berkoordinasi dengan Kapolres Jakarta Barat, Kombes Pol Roycke Harrie Langie untuk menangani kasus ini.

“Saya sudah cek juga yang di Kamal informasinya ada keributan. Tetapi telah di periksa oleh  Bapak Kapolres di sana ada sekali lagi kesalahpahaman antara beberapa warga yang ada di wilayah tersebut,” kata dia di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Jakarta Selatan, Rabu (19/4).

Kapolri mengatakan, jajarannya telah melakukan mediasi agar kondisi berjalan dengan aman dan tertib. Ia menganjurkan masyarakat untuk tidak melakukan intimidasi.

“Ada yang mendukung A ada yang mendukung B kemudian dimediasi oleh keamanan tidak perlu kita untuk intimidatif kepada warga yang lain,” kata lulusan terbaik Akpol tersebut.

Tito mengatakan pihak kepolisian telah menjamin hak politik warga masyarakat untuk dapat memberikan suara. “Kami menjamin hak politik warga untuk memilih sesuai dengan pilihan masing-masing secara bebas dan rahasia,” kata Tito.

Masa pemungutan suara telah usai. Tito mengimbau masyarakat untuk kembali bersatu. Menurutnya, siapapun yang terpilih bukanlah menjadi masalah karena merupakan pilihan dari tuhan yang maha esa.

“Kita imbau kepada masyarakat ini pilihan sudah selesai. Pemungutan suara sudah selesai, tinggal perhitungan kita kembali bersatu lagi masyarakat Jakarta,” kata dia.

Sementara Kapolres Jakarta Barat, Kombes Pol Roycke Harry Langie mengatakan tidak ada aksi intimidasi di sana. Menurutnya, polisi hanya melakukan tindakan pencegahan karena dikhawatirkan ada pihak yang bisa menyulut keributan.

“Mereka itu bukan mengintimidasi. Mereka kita amankan takutnya ada orang yang takut terpancing, terprovokasi.” ujar Roycke saat dikonfirmasi Republika, Rabu (19/4).

Menurut Roycke, ada delapan orang yang diamankan aparat keamanan karena menggunakan kaos bertulisan kalimat provokatif. Ia mengatakan, ada kesan dari kalimat tersebut yang seakan-akan menyudutkan salah satu pasangan calon (paslon) di pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua.

“Mereka menggunakan kaos yang berpotensi menyulutkan provokasi. Di kaos tersebut bertuliskan, ‘bersatu kita teguh, berkotak-kotak kita runtuh’,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement