REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menjadi penopang untuk mengurangi angka pengangguran terdidik. Adanya syarat bagi setiap SMK memiliki perusahaan mitra sebagai sarana pembelajaran para siswa diyakini mampu mencetak lulusan yang siap kerja.
Direktur Pembinaan SMK Kemendikmud Mustaghfirin Amin mengatakan proses pembelajaran tanpa melibatkan industri adalah hal yang mustahil. "Mau dibawa ke mana anak-anaknya kalau sekolah tidak punya mitra industri, mau Praktik Kerja Lapangan (PKL) di mana?" ungkapnya saat ditemui pada sebuah diskusi di Malang, Senin (17/4).
Amin menerangkan Kemendikbud mendorong para kepala sekolah sedini mungkin mengenalkan lulusan dengan dunia industri. Biasanya pada Mei lulusan SMK sudah banyak terserap di bursa kerja. Menginjak Juli, rata-rata 92 persen lulusan SMK sudah memperoleh mata pencaharian.
Menurutnya saat ini Kemendikbud mendorong dibukanya sekolah vokasi dengan empat jurusan prioritas. Keempat jurusan itu adalah maritim, pertanian, industri kreatif, dan pariwisata.
"Untuk yang akan membuka SMK bukalah empat jurusan itu," kata Amin menambahkan. Pertimbangan tak lepas dari makin berkembangnya empat sektor tersebut sehingga kebutuhan tenaga kerja juga makin meningkat. Tahun ini Kemendikbud menyiapkan slot 75 paket pembukaan SMK baru se-Indonesia.
Kabid SMK Dinas Pendidikan Jawa Timur Hudiyono mengungkapkan data terakhir menunjukkan 64,11 persen lulusan SMK di Jatim sudah diterima kerja. "Kita akan terus tingkatkan, tahun depan targetnya bisa 70 persen," ujarnya. Anggota Komisi X DPR, Ridwan Hisjam, berpendapat pendidikan vokasi harus dikembangkan di tiap daerah khususnya daerah yang mengalami perkembangan pesat di bidang industri.