Senin 17 Apr 2017 18:58 WIB

Relawan Anies-Sandi: 'Hujan Sembako' Cederai Demokrasi

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ilham
Ilustrasi bagi-bagi sembako saat pilkada
Foto: mgrol94
Ilustrasi bagi-bagi sembako saat pilkada

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Relawan Anies-Sandi Brawijaya, Tim Advokasi Bang Japar, ACTA menggelar konferensi pers di Jalan Brawijaya III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dalam konferensi pers tersebut, relawan Anies-Sandi menentang segala bentuk kampanye hitam dengan membagi-bagikan sembako di hari-hari menjelang pencoblosan.

"Ibarat sebuah toko, sebenarnya toko itu sudah tutup, tapi masih menjual juga bahan sembako," ujar koordinator monitoring relawan Anies-Sandi, Senin (17/4).

Selain itu, tim Advokasi Kebangkitan Jawara dan Pengacara untuk Anies-Sandi, Muhammad Taufik, menegaskan, kecurangan yang terjadi perlu ditindak secara serius. "Hak rakyat jangan dicederai dengan cara-cara seperti ini," kata Taufik.

Pernyataan yang hampir sama juga keluar dari Panglima Relawan Anies-Sandi Brawijaya, Muhamad Syamsul. Menurutnya, 'hujan sembako' sudah mencederai demokrasi yang ada di tangan rakyat.

Syamsul juga menyayangkan bahwa harga demokrasi yang ada di masyarakat hanya dihargai paling murah lima ribu rupiah. "Ini tidak patut, sebuah demokrasi diciderai hanya dengan lima ribu," ujarnya.

Syamsul menambahkan, segala bentuk kecurangan harus dilawan. Oleh karena itu, relawan Anies-Sandi mendirikan 267 posko untuk melawan kecurangan. "Kalau tidak kita lawan secara konstitusional berarti mereka menciderai konstitusi," katanya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement