Jumat 14 Apr 2017 00:48 WIB

Masalah Ekonomi Jadi Pemicu Timbulnya Stress?

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Kota Jakarta. Ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Kota Jakarta. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Ekonomi Imaduddin Abdullah mengungkapkan, ekonomi menjadi pemicu timbulnya stress di masyarakat, terutama di Indonesia. Hal ini jika dilihat dari berbagai fenomena yang terjadi di lapangan.

“Tak jarang kita menyaksikan di televisi isu finansial memengaruhi kehidupan manusia,” ujar Imaduddin saat Diskusi Publik bertema ‘Urban Living & Stress Management’ di Menteng, Jakarta, belum lama ini.

Dalam sejumlah kasus, Imaduddin menyatakan, faktor ekonomi bisa menjadi alasan seseorang bunuh diri atau berperilaku kriminal. Banyak kasus juga di mana seseorang pencuri terdorong melakukan aksinya. Semua ini dilakukan hanya karena masalah kesulitan ekonomi yang dialaminya.

Menurut dia, kondisi perekonomian sangat memberikan pengaruh terhadap tingkat stress masyarakat. Hal ini khususnya bagi mereka yang berada di perkotaan. Salah satu alasannya, yakni biaya hidup yang sangat tinggi di mana minimnya lapangan pekerjaan yang umumnya bisa memberikan kecukupan untuk hidup mereka di tengah kota.

Berdasarkan penelitian Carnegie Mellon University di Pittsburg, tingginya stress masyarakat sejalan dengan semakin bertambahnya populasi masyarakat, khususnya di perkotaan. Sejak 1983 sampai 2009, tingkat stress meningkat sebesar 18 persen pada perempuan dan 24 persen laki-laki. Data ini ditemukan pada 6.300 orang yang diteliti oleh para ahli.

Melihat data ini, Imaduddin menilai, urbanisasi jelas menjadi pemicu bertambahnya populasi masyarakat di perkotaan. Dengan kata lain, bisa mempengaruhi kondisi perekonomian yang tidak siap, terutama di Jakarta.  

Pada dasarnya, urbanisasi itu hal wajar dalam suatu negara, bahkan negeri maju sekalipun seperti Amerika Serikat. Namun hal ini belum sepenuhnya tepat bagi masyarakat Indonesia. Pola masyarakat dan ekonomi desa dan kota belum berjalan dengan baik.

“Desa belum optimal kapasitas ekonominya, tapi mereka sudah pindah ke Jakarta. Apalagi mereka yang  pindah itu tidak punya keahlian yang dibutuhkan Jakarta. Kalau seperti ini, ya jadi permasalahan baru buat perkotaan,” ujar dia.

Mengenai situasi ini, Imaduddin menilai, permasalahan ekonomi dan masyarakat memang harus diselesaikan sebaik mungkin. Pembangunan ekonomi di pedesaan perlu ditingkatkan dan dibangun terlebih dahulu. “Di desal dulu saja kembangkan ekonominya, kalau skillnya sudah cukup baru pindah ke kota. Kalau seperti itu, nanti bisa membantu meningkatkan perekonomian di perkotaan,” tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement