Kamis 13 Apr 2017 17:25 WIB

Indomatrik: Pilkada DKI Jakarta Berpeluang Sama Seperti Pilkada Banten

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Bayu Hermawan
Kandidat calon Gubernur DKI Jakarta Nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama dan Kandidat calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan pada debat putaran kedua atau debat terakhir Cagub-Cawagub pada Pilkada DKI Jakarta 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kandidat calon Gubernur DKI Jakarta Nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama dan Kandidat calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan pada debat putaran kedua atau debat terakhir Cagub-Cawagub pada Pilkada DKI Jakarta 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (12/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indomatrik, Husin Yazid mengatakan kedua pasangan calon (paslon) diperkirakan akan bertarung sengit dalam pada pemungutan suara putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, 19 April mendatang. Selisih perolehan suara kedua paslon diperkirakan akan sangat tipis.

Berdasarkan hasil survei Indomatrik yang digelar pada 1-8 April lalu, elektabilitas paslon Anies Baswedan-Sandiaga Uno tercatat sebanyak 48,40 persen. Sementara itu, persentase elektabilitas paslon Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful Hidayat sebesar 46,17 persen.

Sebanyak 5,44 persen responden menyatakan tidak menjawab. Merujuk hasil survei ini, Husin mengatakan ada kemungkinan hasil akhir pemungutan suara antara dua paslon hanya akan berbeda satu hingga dua persen.

"Kemungkinan apa yang terjadi di Pilkada Banten bisa juga terjadi di putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Karena itu, masing-masing paslon harus bertarung ketat selama enam hari terakhir menjelang pemungutan suara," jelas Husin kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (13/4).

Pertarungan sengit, lanjut dia, semakin diperkuat oleh tiga faktor. Ketiganya yakni daerah sebaran daerah elektabilitas, kemantapan pemilih (strong voters) dan ketokohan paslon. Jika dilihat dari survei, daerah sebaran elektabilitas kedua paslon adalah sama kuat. Masing-masing paslon sama-sama unggul di 22 kecamatan yang berbeda.

Elektabilitas paslon Ahok-Djarot mengungguli Paslon Anies-Sandiaga di Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Elektabilitas paslon Anies-Sandiaga mengungguli paslon Ahok-Djarot di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

"Sementara jika dilihat dari kemantapan pemilih, sebanyak 92, 76 persen sudah mantap memilih Anies-Sandiaga. Sebanyak 91,85 persen pemilih mantap memberikan suara kepada Ahok-Djarot," ujarnya.

Dilihat dari kemantapan, ada 5,05 persen pendukung Ahok-Djarot yang memiliki kemungkinan merubah pilihan. Sementara itu, sebanyak 4,87 persen pendukung Anies-Sandiaga berpeluang mengubah peta dukungan.

Husin melanjutkan, faktor ketokohan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga juga memperkuat sengitnya pertarungan dua paslon. Sebab, hasil survei mencatat sebanyak 62,24 persen pemilih menyatakan tidak terpengaruh oleh ajakan elit politik untuk memilih paslon tertentu.

Sebanyak 22,41 persen pemilih menyatakan terpengaruh terhadap ajakan elit politik. Sementara itu sebanyak 15,35 persen pemilih masih ragu menyikapi ajakan elit politik terhadap pilihan tertentu.

"Selama enam hari terakhir, setiap paslon harus mampu menarik suara dari pendukung Agus-Sylvi, swing voters dan para golput jika ingin unggul dalam putaran kedua," tambah Husni.

Survei yang digelar Indometrik mengambil sampel sebanyak 1.250 responden di 44 kecamatan DKI Jakarta. Populasi survei adalah penduduk DKI Jakarta yang sudah memiliki hak pilih dalam Pilkada. Survei dilakukan lewat wawancara tatap muka dengan teknik multistage random sampling dengan margin eror lebih kurang 2,8 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement