Rabu 12 Apr 2017 13:34 WIB

Insiden Novel Harus Jadi Ajang Penguatan Perang Lawan Korupsi

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Indira Rezkisari
Penyidik KPK Novel Baswedan usai keluar dari rumah sakit, Selasa (11/4).
Foto: AP
Penyidik KPK Novel Baswedan usai keluar dari rumah sakit, Selasa (11/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Farouk Muhammad, menyatakan rasa prihatin atas peristiwa penyiraman air keras pada Novel Baswedan. Faruok juga mengutuk keras tindakan tersebut dan meminta aparat penegak hukum secara serius mengusut kerjadian tersebut.

"Saya khawatir di negara kita mulai tumbuh pembunuh-pembunuh bayaran, bahkan bisa jadi mulai terjangkit penyakit pembunuh bayaran berlatar politis seperti di negara tetangga, Filipina," ucap Farouk Muhammad dalam siaran pers, Rabu (12/4).

Faruok menjelaskan, kejadian yang menimpa penyidik KPK Novel Baswedan, telah menunjukan bahwa pola tindakan kekerasan  digunakan dalam menghentikan komitmen pemberantasan korupsi. Dengan kejadian ini justru harus semakin menguatkan komitmen publik untuk secara bersama-sama memerangi segala bentuk korupsi.

Mantan panitia seleksi (pansel) pimpinan KPK Ini percaya bahwa kasus Novel terlalu kecil bagi Kapolri Jenderal Tito yang dikenal kapabilitasnya dalam mengungkap kasus-kasus gelap. Farouk berpesan, yang menjadi tantangan bagi jajaran reserse kriminal adalah mengungkap "the man behind the gun" atau aktor intelektual di balik kasus, yang disinyalir melibatkan orang-orang penting di republik Ini.

"Perlu keseriusan dari pihak penegak hukum untuk memecahkan kasus Novel dengan seksama dan cepat, agar dikemudian hari tidak menjadi preseden buruk dalam penegakan hukum," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement