Selasa 04 Apr 2017 14:48 WIB

Sleman Diprediksi Alami Musim Kemarau Paling Akhir

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Musim kemarau (ilustrasi).
Foto: Antara/Arief Priyono
Musim kemarau (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabupaten Sleman diprediksi akan menjadi daerah paling akhir yang mengalami musim kemarau tahun ini. Pasalnya wilayah yang terletak di utara DIY itu memiliki struktur geografi pegunungan dan merupakan pusat pertumbuhan awan hujan.

"Sleman itu memang kalau musim hujan, dia duluan. Tapi musim kemarau, dia paling akhir," kata Kepala Stasiun Klimatologi (BMKG) Yogyakarta, Joko Budiyanto pada Republika, Selasa (4/4). Sleman sendiri diperkirakan baru memasuki musim kemarau pada pertengahan Mei. Sedangkan daerah lain di DIY akan mulai memasuki musim kemarau pada akhir April hingga awal Mei.

Adapun wilayah DIY yang akan memasuki musim kemarau paling awal adalah Gunungkidul dan Kulonprogo bagian selatan. Sedangkan DIY bagian tengah, seperti Bantul dan Kota Yogyakarta baru akan memasuki musim kemarau pada tahap kedua.

Menurut Joko, sekarang seluruh wilayah DIY masih melewati masa pancaroba, yakni peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Sehingga fenomena hujan dan angin kencang masih terus terjadi karena ketidakstabilan atmosfer.

"Awal musim kemarau nanti juga hujan masih akan muncul. Tapi intensitasnya rendah," ujar Joko. Adapun ciri-ciri intensitas hujan pada awal musim kemarau yakni kurang dari 50 mili liter per 10 hari.

Sementara itu, hujan dan angin kencang selama pancaroba mengakibatkan berbagai kerusakan terjadi di Kabupaten Sleman. Bahkan menurut Kepala Bagian Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Makwan, terdapat lima rumah di Mlati dan Seyegan yang rusak akibat angin kencang kemarin (3/4).

Sedangkan pada Sabtu (1/4) terjadi kerusakan di 27 rumah dan dua sekolah. Selain itu, angin kencang juga menyebabkan 14 pohon tumbang. "Karena intensitas hujan masih tinggi, kami mengimbau agar masyarakat tetap waspada," ujar Makwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement