REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inul Daratista dinilai kurang hati-hati dalam menggunaan media sosial setelah menuliskan komentar di akun Instagram yang menyebut pria berserban bisa berbuat mesum. Komentar Inul dinilai termasuk agresif.
Ditinjau dari sisi komunikasi, dosen komunikasi politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gungun Heryanto, mengklasifikasikan komentar Inul sebagai verbal agresif dan berpotensi akan dijadikan konsumsi publik yang negatif.
Ia mengatakan, figur publik membutuhkan sensitivitas retoris atau kesesuaian konteks dan situasi terbaik untuk mengeluarkan pernyataan atau komentar. "Seharusnya mereka (figur publik) dapat melihat risiko sebelum mengeluarkan pernyataan," ujar Gungun, kepada Republika.co.id, Kamis (30/3).
Alumnus Fakultas Komunikasi UGM ini menjelaskan, setiap individu dalam pilkada, memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan. Akan tetapi, seharusnya pilihan tersebut disampaikan dengan penuh kehati-hatian, karena hal yang berbau SARA akan melahirkan respon keras dari publik.
Terkait penanganan hukum dari kasus Inul di Polda Metro Jaya, Gungun berharap kepolisian bersifat independen. "Hukum itu harus berlaku untuk semua, itu amanat konstitusi bahwa semua warga negara sama di mata hukum dan pemerintahan," katanya.