REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) akan membuat sebuah model untuk menumbuhkan kemandirian desa secara ekonomi. Mendes PDTT, Eko Sandjojo menybut sekitar 60 persen angkatan kerja di Indonesia hanya berpendidikan SD dan SMP. Sehingga, menurutnya, model yang diterapkan harus sederhana dan mudah diaplikasikan.
"Kita memperjuangkan anak (desa) dikasih tanah dikasih apa, kalau tidak dikasih pekerjaan, tanah itu akan dijual juga," kata Eko dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (17/3).
Mendes meyakini, setiap desa memiliki potensi dan keunikan masing-masing. Kendati, 80 persen masyarakat desa masih hidup di sektor pertanian. Mendes mengimbau Diaspora Indonesia dapat membantu desa dari segi e-commerce hingga pengembangan sektor pariwisata. Mendes membuka ruang bagi Diaspora Indonesia untuk terjun langsung mengajar di desa.
Mendes menerima kunjungan Ketua Dewan Penasihat Diaspora Indonesia, Dino Patti Djalal bersama anggota diaspora lainnya di Kemendes PDTT, Kalibata, Jakarta, Jumat (17/3). Dalam kunjungan tersebut Diaspora menginisiasi adanya kerja sama untuk membangun desa.
Ketua dewan penasihat Diaspora Indonesia, Dino Patti Djalal menyatakan akan menggalang organisasi Diaspora, ormas Diaspora, individu maupun perusahaan untuk bekerja sama membantu desa.
"Mereka bisa jadi sahabat desa. Apa kerjasamanya, tentu kami terbuka," ujar Dino.
Ia mencontohkan, bantuan yang diberikan bisa berbentuk komputer, pembangkit listrik tenaga surya, buku, infrastruktur, bahkan beasiswa. Ia menyebut, pihaknya akan mengundang pemuda pintar di desa untuk mendapatkan beasiswa di kampus-kampus wilayah Diaspora. Sebagai langkah awal, Dino meminta kementerian untuk menyediakan setidaknya 100 daftar desa tertinggal.