Kamis 16 Mar 2017 17:34 WIB

Keluarga Simpul Terpenting Cegah Kenakalan Remaja

Tawuran pelajar (ilustrasi)
Foto: inioke.com
Tawuran pelajar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sebagian besar pelaku klithih dan anak nakal berasal dari keluarga bermasalah dan tidak harmonis, padahal keluarga adalah simpul terpenting dalam pertumbuhan seorang anak, kata seorang pakar.

Direktur Youth Studies Centre UGM Muhammad Najib Azca pada Forum Grup Discusion "Peran Generasi Muda dan Masyarakat dalam Mewujudkan Situasi yang Kondusif" di Gedung Unit I Pemkab Sleman, Kamis (16/3), menyatakan di Yogyakarta kasus yang saat ini menonjol adalah klithih atau penganiayaan yang dilakukan anak-anak remaja di jalanan.

"Kasus klithih ini terasa mengkhawatirkan karena berpotensi mengubah wajah Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota pelajar, berbudaya, dan ramah sehingga saat ini muncul wacana untuk menerbitkan perda tentang ketertiban sosial atau mengatur tentang kepemudaan," katanya.

Ia juga mengatakan selain penguatan keluarga, unsur terpenting dalam pembangunan pemuda adalah pemerintah dan masyarakat. "Pertama, strategi pembangunan Yogyakarta, termasuk Sleman, harus berbasis lokal berpihak pada kepentingan warga sekaligus merangkul potensi terbaik lokal. Jangan yang hanya menguntungkan segelintir warga, karena akan menghasilkan efek negatif dari mereka yang termajinalkan oleh pembangunan," katanya.

Menurut dia, yang kedua harus memperkuat basis sosial masyarakat, seperti ormas dan sekolah. "Mereka menjadi benteng pertahanan efektif dari negatif sekaligus dapat menara untuk mampu melihat hal positif. Yang ketiga ya keluarga," katanya.

Di depan peserta FGD yang terdiri dari perwakilan Karang Taruna se-Sleman, KNPI, Paguyuban Cakra, Seksi Ekonomi Pembangunan Kecamatan se-Sleman, FKPPI, Polres, Kodim, dan Dharma Wanita, Najib menekankan bahwa apabila mampu dikelola dengan positif, pemuda dapat menjadi tonik atau vitamin dalam pembangunan. "Mereka dapat menjadi sumber kekuatan pembaharuan dan pembawa solusi, pionir, dan inovator," katanya.

Ia mengatakan dengan populasi 244,2 juta jiwa alias nomor empat terbesar di dunia, sumber daya manusia Indonesia menjadi suatu kekuatan besar untuk membanguan. "Dari populasi tersebut, hampir 30 persen adalah mereka yang berada di kisaran usia 10-24 tahun atau usia pemuda," katanya.

Najib mengatakan potensi yang besar tersebut bisa menjadi kekuatan besar untuk membangun, atau sebaliknya, bisa pula menjadi kekuatan dengan daya rusak yang demikian besar.

"Apabila salah kelola, pemuda juga bisa menjadi sumber penyakit dan polusi sosial seperti kriminalitas, prostitusi, tawuran, HIV-AIDS, narkoba, dan radikalisme. Selain itu masih ada lagi pelanggaran norma sosial dan moral di masyarakat," katanya.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement