Rabu 15 Mar 2017 10:08 WIB

Batik Printing Tekan Hidup Perajin Batik Tulis Purbalingga

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Indira Rezkisari
Perajin batik tulis.
Foto: Antara
Perajin batik tulis.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Kebijakan Pemkab Purbalingga mewajibkan pemakaian batik khas daerah setempat, menjadi berkah bagi para perajin batik tulis. Namun berkah tersebut tidak bisa diterima sepenuhnya oleh perajin batik, karena kebijakan tersebut banyak dimanfaatkan oleh perajin batik printing yang juga membuat kain batik bermotif khas Purbalingga.

Ketua Paguyuban Batik Purbalingga, Yoga Prabowo, bahkan mengatakan peredaran batik printing ini belakangan banyak dijual di toko-toko penjual kain dan pakaian di wilayah Purbalingga.

''Terus terang, hal ini sangat memukul kalangan perajin batik tulis. Kebijakan Pemkab yang mestinya menjadi berkah bagi kami, saat ini semakin susut karena membanjirnya batik printing di pasaran,'' jelasnya.

Dia menyebutkan, bila kondisi ini berlanjut maka  kreativitas para perajin batik tulis khas Purbalingga seperti batik Goa Lawa, akan kembali susut. Padahal, banyak kalangan anak muda yang saat ini mulai tumbuh minatnya untuk menekuni kerajinan batik tulis.

Menurutnya, terpukulnya usaha batik tulis, karena harga batik printing memang lebih murah dari batik tulis. Selain karena proses pembuatan batik tulis lebih mudah, juga karena bahan yang digunakan bukan bahan alam. ''Batik printing dibuat dengan hanya menggunakan alat cetak, sedangkan batik tulis dibuat dengan desain dan ketrampilan tangan perajin. Selain itu, bahan pewarnanya juga menggunakan bahan pewarna alam,'' katanya.

Seorang perajin batik tulis di Purbalingga, Rizki Purwitasari (25), mengakui harga batik tulis memang tidak bisa dibandingkan dengan batik printing. ''Batik tulis itu ibarat karya seni. Tidak mungkin kita jual dengan harga sama dengan batik printing yang hanya sekadar mencetak,'' katanya.

Berdasarkan pemantauan, harga kain batik bermotif Goa Lawa yang dijual di berbagai toko di Purbalingga, memang memang bervariasi. Untuk kain batik yang dibuat dengan proses printing, umumnya dijual denga harga Rp 45 ribu hingga Rp 90 ribu per meter tergantung jenis bahannya. Sedangkan untuk batik tulis, paling murah dijual seharga Rp 300 ribu.

Terkait kondisi ini, Yoga meminta agar pihak Pemkab Purbalingga memberi perhatian lebih pada keberadaan perajib batik tulis. Antara lain dengan mengeluarkan kebijakan pada golongan pegawai eselon tertentu, agar menggunakan batik tulis. ''Untuk mengimbangi perhatian tersebut, kami juga akan meminta perajin batik tulis agar erus meningkatkan kualitas dan kapasitas produksinya,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement