Rabu 15 Mar 2017 06:14 WIB

Indonesia tak Leluasa Salurkan Bantuan untuk Somalia, Ini Alasannya

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nur Aini
Anak-anak pengungsi menyantap nasi tanpa lauk di kamp pengungsian Al Cadaala, Mogadishu, Somalia.
Foto: Feisal Omar/Reuters
Anak-anak pengungsi menyantap nasi tanpa lauk di kamp pengungsian Al Cadaala, Mogadishu, Somalia.

REPUBLIKA.CO.ID,NAIROBI -- Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kenya tidak bisa memberikan bantuan secara leluasa ke wilayah yang terimbas kelaparan di Kenya dan Somalia. Hal ini disampaikan protokoler staf lokal KBRI di Nairobi, Ahmad Basori pada Republika.co.id, Selasa (14/3).

Somalia termasuk salah satu negara yang disebut sedang mengalami krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarah PBB. Somalia termasuk negara jangkauan KBRI Kenya. Tidak ada kedutaan maupun perwakilan diplomatik Indonesia secara langsung di sana.

Ahmad mengatakan wilayah Afrika memang dilanda kekeringan cukup parah dan berkepanjangan. Wilayah Kenya yang juga mengalami masalah kekeringan dan kelaparan adalah Marsabit.

Marsabit terletak di wilayah utara dan berbatasan dengan Ethiopia. Wilayah ini bisa ditempuh delapan hingga sembilan jam perjalanan dari ibukota. Menurut Ahmad, wilayah ibu kota Kenya dan sekitar tidak mengalami masalah kelaparan.

Sebagai salah satu negara cakupan KBRI Kenya, staf KBRI belum ada yang bisa mengunjungi wilayah Somalia. "Aksesnya susah sekali, harus ada izin, dalam koordinasi PBB juga, itu kan zona merah," kata Ahmad.

Menurutnya, yang bisa masuk ke sana hanya PBB dan NGO internasional yang sudah berizin. KBRI maupun perwakilan diplomatik mana pun sulit untuk bergerak sendiri. "Bisa, tapi harus ada kawalan dari militer sini, itu pun jarang yang berikan izin, karena keamanan tidak terjamin," katanya.

Somalia termasuk wilayah konflik. Perang sipil dan ancaman teror dari kelompok Al-Shabab membuat wilayah ini tidak aman. Pemerintah Indonesia telah menginstruksikan turunnya bantuan. Meski demikian, realisasinya masih dalam perencanaan.

"Sudah ada pertemuan kemarin ada Bapak Wakil Presiden Jusuf Kalla yang membahas bantuan, tapi belum ada kejelasan lebih lanjut," kata Ahmad. Menurutnya, Menlu RI juga sudah menginstruksikan bantuan meski sama-sama belum ada perencanaan jelas.

Ahmad mengatakan kondisi di Somalia belum ada yang menyaksikan langsung, termasuk Dubes RI untuk Kenya. Namun kondisi di Marsabit sudah cukup membuat kesimpulan bahwa bencana kelaparan ini sangat memprihatinkan.

"Semiskin-miskinnya orang Indonesia itu tidak ada yang seperti di sini, mereka sangat menderita," kata Ahmad. Kondisi kamp pengungsian pun sangat memprihatinkan. Penduduk tinggal di tempat yang hanya beratapkan plastik disangga ranting-ranting. Siang menjadi sangat panas dan berdebu.

Tidak semua pengungsi bisa tinggal di tenda yang disediakan PBB. Selama ini, KBRI Nairobi hanya bisa memantau kondisi di Somalia dari media-media setempat, laporan PBB, dan lembaga kemanusiaan internasional seperti Red Cross.

Ahmad mengatakan terakhir kali mengunjungi Somalia yakni pada 2015 saat menyalurkan bantuan dari lembaga kemanusiaan Indonesia. Ia mengantarkan PKPU yang memiliki program kurban di luar negeri, termasuk di Somalia dan Kenya.

Menurutnya, Indonesia cukup sering menyalurkan bantuan kemanusiaan, termasuk dari lembaga ACT, Dompet Dhuafa dan PKPU. "Pekan ini mereka juga mengatakan akan salurkan bantuan, tapi tetap perencanaannya belum jelas," kata Ahmad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement