REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Bambang Sadono mengatakan tidak perlu panik menyikapi maraknya pemberitaan hoax. Menurut dia, hoax merupakan keniscayaan seiring dengan perkembangan teknologi di media sosial.
"Masyarakatnya yang harus dididik bagaimana menyikapinya, bagaimana membedakan berita yang bisa dipercaya atau tidak. Lama-lama masyarakat pintar menyeleksi," katanya di Semarang, Senin (13/3.
Hal tersebut diungkapkannya di sela diskusi publik bertajuk "Melawan Hoax di Media Sosial" yang terselenggara atas kerja sama DPD RI dengan Yayasan Adi Bakti Wartawan, di Hotel Puri Garden, Semarang. Bambang yang pernah menjabat sekretaris jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu, mengakui maraknya hoax tidak lepas dari perkembangan teknologi yang membuka keran informasi secara lebar.
Kalau sebelumnya masyarakat hanya bisa mengonsumsi berita dari media-media arus utama, kata dia, sekarang ini masyarakat bisa mendapatkannya dari mana saja karena semua orang bisa membikin berita. "Ibaratnya begini, orang-orang biasanya makan di restoran-restoran terkenal, namun sekarang ini semuanya bisa didapatkan di pasar. Semua orang boleh jualan makanan," kata senator asal Jawa Tengah itu.
Persoalannya, kata dia, masyarakat dibingungkan untuk memilih makanan yang sehat atau tidak, sementara pemerintah juga tidak bisa kemudian melarang semua orang berjualan makanan di pasar. "Ya, caranya masyarakat dididik untuk memilih mana makanan yang sehat. Masyarakat harus dididik untuk bisa membedakan mana berita yang bisa dipercaya atau tidak. Silakan dicek benar atau tidak," katanya.
Menurut dia, keberadaan media arus utama bukannya terpinggirkan, melainkan justru akan lebih kuat sebagai referensi untuk mencocokkan jika ada pemberitaan di media sosial yang menjadi viral. "Kalau tidak percaya dengan berita yang beredar di media sosial, bisa dicek di media arus utama. Di sinilah, keberadaan media arus utama justru memiliki peran yang sangat strategis," katanya.