Ahad 12 Mar 2017 10:05 WIB

Penolakan Shalat Jenazah Beda Pilihan Politik Dinilai tak Perlu Dibesarkan

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Nur Aini
Pengendara melintas di bawah spanduk larangan mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama yang terpasang di Masjid Al-Jihad, Setiabudi, Jakarta, Ahad (26/2).
Foto: Republika/Prayogi
Pengendara melintas di bawah spanduk larangan mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama yang terpasang di Masjid Al-Jihad, Setiabudi, Jakarta, Ahad (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi), KH Satori Ismail meminta umat Islam tidak membesar-besarkan isu penolakan menyalatkan jenazah yang mendukung penista agama. Menurut Satori menyalatkan jenazah merupakan hak individu seseorang.

"Shalat menyalatkan cukup beberapa orang kan sudah beres, nggak usah dipermasalahkan. Masalah shalat menyalat itu fardu kifayah," ujar Satori kepada Republika.co.id, Ahad (12/3).

Kendati demikian, sikap tersebut Satori meyakini akan berdampak kepada hubungan antarumat. Namun, Satori menilai hubungan baik cepat kembali terbangun.

Menurutnya, kata Satori, bangsa Indonesia cepat melupakan persoalan. Selain itu, masyarakat Indonesia mudah untuk rukun kembali. "Mudah-mudahan setelah ini bisa islah, baik-baik kembali," kata Satori.

Hal itu disampaikan Satori menanggapi isu penolakan menyalatkan jenazah kepada orang yang mendukung penista agama. Penolakan itu ditulis di spanduk di beberapa masjid Jakarta.

Baca juga: Ikatan Dai Ingatkan Jaga Hubungan Antarumat Meski Beda Pilihan Politik

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement