REPUBLIKA.CO.ID, Abdul Gani (47 tahun), 'manusia' gerobak asal Kelurahan Tanjung Perak, Kota Surabaya, Jatim, menangis tersedu-sedu saat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Purwakarta menangkapnya. Penangkapan Abdul Gani dan keluarganya ini, terjadi pada Jumat malam (10/3) sekitar pukul 22.00 WIB, di Jl Cipaisan, Purwakarta.
Abdul Gani, menuturkan, dirinya sangat kaget saat rombongan Satpol PP berikut camat dari Purwakarta menangkapnya. Dia tak habis pikir, apa kesalahannya sehingga diri dan keluarganya ditangkap. Ternyata, penangkapan itu instruksi dari Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
"Saya takut. Apalagi, kami ditangkap saat jalan kaki di tengah malam," ujarnya, kepada Republika.co.id, di rumah dinas bupati, Jl Ganda Negara No 25, Sabtu (12/3).
Akan tetapi, ketakutan Abdul Gani beserta isterinya Nurhayati (32 tahun) dan ketiga anaknya, berujung pada kebahagiaan. Keluarga ini, justru digiring untuk menginap di salah satu hotel di kabupaten ini.
Setibanya di kamar hotel, tangis keluarga ini kembali pecah. Sebab, seumur hidup Abdul Gani, baru kali ini bisa tidur di kamar hotel dengan kasur yang empuk dan ada mesin pendingin ruangannya.
Kemudian, pada Sabtu pagi, dia dan keluarga dipanggil untuk bertemu orang nomor satu di Purwakarta tersebut. Di hadapan Bupati Dedi, Abdul Gani menyeritakan kisah hidupnya. Sejak 20 bulan terakhir, dia bersama anak dan isterinya, tinggal di Kampung Arang, Lampung.
Di sana, Abdu Gani bekerja sebagai buruh pembuat arang dari batok kelapa. Upahnya mendapat Rp 60 ribu per hari. Akan tetapi, tiba-tiba masalah datang. Kartu tanda penduduk (KTP) dan dokumen lainnya, hilang. Jadi, terpaksa Abd Gani meninggalkan Lampung, untuk mengurus KTP di kampung halamannya, Surabaya.
Akan tetapi, uang yang dibawanya untuk ongkos Lampung-Surabaya, sangatlah minim. Yaitu, hanya Rp 870 ribu. Karena uangnya pas-pasan, Abdu Gani terpaksa membeli gerobak seharga Rp 650 ribu. Gerobak itu, menjadi alat untuk mengangkut isteri dan ketiga anaknya.
Dia pun, berjalan kaki dari Lampung lalu menyebrang ke Pelabuhan Bakauheni menuju Pelabuhan Merak. "Supaya tidak bayar, saya nebeng naik truk," ujarnya.
Lalu, dari Merak Abdul Gani melanjutkan perjalanan dengan menarik gerobak yang ditumpangi anak dan isterinya. Rutenya melalui jalur Bogor-Cianjur-Padalarang sampai ke Purwakarta. Dari Purwakarta, tujuannya yaitu jalur pantura.
"Tetapi, di wilayah ini saya justru di tangkap, lalu suruh tidur di hotel," ujarnya.
Bupati Dedi Mulyadi, mengakui, tiga hari yang lalu dirinya mendapat pesan singkat dari salah satu warganya asal Plered. Dalam pesan itu, menyebutkan ada 'manusia' gerobak berjalan kaki dari Lampung menuju Surabaya.
"Awalnya saya tidak percaya, takutnya info hoax," ujarnya.
Tapi, pada Jumat malam, saat dirinya sedang di Jakarta, pesan singkat dengan isi yang hampir serupa kembali masuk ke telepon selularnya. Isi pesan itu, menyebutkan ada 'manusia' gerobak berjalan kaki dan melintasi Kantor Damkar Purwakarta.
Saat itu juga, Dedi lalu memerintahkan Sat Pol PP, Camat dan aparat lainnya untuk mengejar 'manusia' gerobak itu. Mereka harus ditangkap, lalu suruh istirahat di hotel. Karena, ada anak-anak di gerobak itu.
Sekarang, lanjut Dedi, dirinya mengerti alasan bapak ini berjalan kaki dengan gerobak. Hari ini juga, mereka akan pulang ke Surabaya dengan menggunakan bus eksekutif. Selain itu, Abdul Gani diberi bantuan modal usaha Rp 5 juta. Dengan harapan, uang tersebut bisa bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.