Kamis 09 Mar 2017 21:33 WIB

Investasi Bodong Pandawa, Polda Metro Sita Berbagai Mobil dan Motor Mewah

Rep: Muhyiddin/ Red: Hazliansyah
Sejumlah barang bukti kasus dugaan penipuan oleh Pandawa Grup diperlihatkan ke media di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (9/3).
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Sejumlah barang bukti kasus dugaan penipuan oleh Pandawa Grup diperlihatkan ke media di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai jenis mobil mewah dan motor disita polisi dalam kasus investasi bodong Pandawa group yang didirikan oleh Salman Nuryanto. Barang bukti tersebut terparkir di halaman gedung Ditreskrimsus Polda Metro Jaya pada Kamis (9/3) siang.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, puluhan mobil dan motor tersebut diberi garis polisi warna kuning. Kendaraan tersebut merupakan milik tersangka yang kini ditahan di Rutan Polda Metro.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, kendaraan tersebut terdiri dari berbagai jenis, seperti mobil Alphard dan motor jenis harley davidson.

"Ada 28 roda empat dan 20 roda dua. Jenis mobil apa saja ada semua di sini," ujar Argo kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kamis (9/3).

Selain mobil, kata Argo, pihaknya juga menyita 12 sertifikat hak milik, enam rumah, logam mulia, dan juga 10 bidang tanah.

"Dan juga uang Malaysia kita amankan juga. Uang Singapura, dan uang riyal Arab, juga beberapa perhiasan yang kita amankan. BPKB dan lain sebagainya," kata mantan Kabid Humas Polda Jawa Timur tersebut.

Dalam kasus ini Argo mengungkapkan, tersangka yang kini ditahan di Polda Metro Jaya ada 22 tersangka, yang terdiri dari para leader, diamond, dan Bos Pandawa sendiri, Salman Nuryanto.

"Kita sudah lakukan penyidikan ini selama satu bulan, dan tentunya kita sudah amankan beberapa tersangka, ada 22 sampai hari ini," jelasnya.

Sementara, terkait jumlah laporan kepolisian (LP) yang masuk ke Polda saat ini juga bertambah menjadi 31 laporan. Kemudian, lanjut Argo, jumlah keselurahan korban yang melapor yaitu mencapai 5.469 nasabah.

"Dari data yang hitung itu, ada Rp 1,5 triliun kerugian yang dialami korban," kata Argo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement