Senin 06 Mar 2017 15:39 WIB

Pemerintah Harus Siapkan Kapal Cepat di Pelabuhan Bakauheni-Merak

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nidia Zuraya
Ratusan kendaraan antre untuk memasuki kapal tujuan Bakauheni di Pelabuhan Merak, Banten.
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Ratusan kendaraan antre untuk memasuki kapal tujuan Bakauheni di Pelabuhan Merak, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Lampung Ridho Ficardo menilai bahwa perjalanan dari pelabuhan Merak ke Bakauheni terlalu lama. Saat ini perjalanan kapal yang mengantarkan masyarakat harus menempuh waktu 3-4 jam.

Menurutnya, harus ada kapal Ro-Ro yang lebih cepat dalam mengantarkan penumpang dengan kendaraan yang mereka bawa. Paling lama seharusnya kapal tersebut bisa melakukan penyebarangan dalam waktu satu jam.

Kalau tidak, pembangunan jalan tol Trans Sumatra yang ada di Lampung justru bisa menimbulkan masalah baru yakni penumpukan kendaraan di Bakauheni. "Begitu jalannya bagus (jalan tol lampung), yang kami khawatirkan terjadi bottlenecking (kemacetan). Jadi kalau jalan darat lancar semua, Bakauheuni-Merak bisa bottlenecking," ujar Ridho di Istana Negara, Senin (6/3).

Ridho menjelaskan, ketika Presiden melakukan kunjungan dan menyeberang ke Pelabuha Bakauheni dari Pelabuhan Merak, hanya membutuhkan satu jam. Hal ini karena Presiden menggunakan kapal cepat, sedangkan masyarakat umum tidak mendapatkan kapal tersebut.

Jika memang bisa digunakan untuk Presiden, harapannya kapal cepat ini juga bisa dipakai oleh masyarakat. Penggunaan kapal cepat ini juga bisa saja dipisahkan antara penumpang orang dan angkutan barang. Tarifnya pun dibuat bertingkat atau berbeda.

Dengan sistem ini, maka perjalanan antar dua pelabuha diharap bisa lebih cepat dan memberikan kenyaman pada masyarakat. "Jadi jangan sampai jalan darat sudah nyaman, tapi penyeberangan malah jadi keluhan. Mungkin tarif naik sedikit tidak apa-apa, adal ada peningkatan kualitas," ungkap Ridho.

Dalam rapat terbatas ini, Ridho menyebut bahwa Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden jusuf Kalla juga berpikiran serupa. Mereka menilai jika tarif angkutan tidak naik dan masih rendah, maka tidak akan bisa ada pengadaaan kapal baru. Kapal yang didatangkan untuk mengangkut penumpang pasti menggunakan kapal bekas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement