Selasa 28 Feb 2017 21:57 WIB

Traumannya Warga Garut Saat Aliran Sungai Naik

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Joko Sadewo
Evakuasi korban banjir bandang Garut, yang terjadi September 2016 lalu -ilustrasi-.
Foto: baznas
Evakuasi korban banjir bandang Garut, yang terjadi September 2016 lalu -ilustrasi-.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Warga Kabupaten Garut yang berada di bantaran sungai mengungsikan diri menghindari potensi banjir bandang yang terjadi tahun lalu. Warga nampak masih trauma karena segera buru-buru mengungsi setelah hujan deras membuat ketinggian sungai meluap.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut Dedi Djakaria mengatakan, timnya beserta Camat Garut Kota dan Tarogong Kidul tengah memonitor situasi dan ketinggian air. Hasilnya, ia mengakui adanya peningkatan ketinggian air.

"Air agak naik, belakang UGD RSU pun warga sudah waspada, ada yang sudah bergerak ke Mesjid," katanya pada Republika.co.id, Selasa (28/2) malam.

Berdasarkan informasi sementara, air sungai Cimacan berada 50 cm di bawah bibir sungai. Pintu air Copong pun sudah dibuka guna mengatasi tingginya debit air. Ia menilai ketinggian air masih dalam batas wajar.

"Laporan Tim BPBD yang baru saja di copong, dalam setengah jam terakhir air naik 1 meter. Masih batas aman," ujarnya.

Selain itu, ia menyebut kondisi air sungai Cipeujueuh masih dalam batas aman. Adapun kondisi air sungai Cikamiri juga ikut mengalami kenaikan meski dalam batas aman.

"Cipeujeuh deras namun masih aman, Cikamiri cukup naik juga masih batas aman.

Camat Bayongbong dan Pajirwangi melaporkan hujan besar sudah agak reda tinggal rintik-rintik, mudah-mudahan seterusnya aman," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement