Ahad 26 Feb 2017 17:07 WIB

Waduk Jatiluhur Terus Diisi Air

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Nur Aini
Waduk Jatiluhur, Desa Galumpit, Kamis (15/5).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Waduk Jatiluhur, Desa Galumpit, Kamis (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID,PURWAKARTA -- PJT II Jatiluhur terus menggenjot volume air Waduk Jatiluhur. Saat ini, tinggi muka air (TMA) mencapai 102,58 meter di atas permukaan laut (mdpl). Berarti ada elevasi lima meter dari batas normal. Karenanya, waduk ini akan terus diisi air untuk memenuhi kebutuhan musim kemarau.

Direktur Utama PJT II Jatiluhur, Djoko Susilo, mengatakan, saat ini kondisi TMA masih kurang dari ambang batas. Hal ini karena, TMA ambang batas mencapai 107 mdpl. Karena itu, saat ini pihaknya terus mengejar peningkatan volume air.

"Kita terus mengisi air," ujarnya, kepada Republika.co.id, Ahad (26/2).

Dengan kondisi ini, maka elevasi Waduk Jatiluhur masih jauh dari batas limpas. Karenanya, banjir di wilayah hilir bukan karena air dari Jatiluhur melainkan, akibat luapan sungai-sungai yang melintasi wilayah hilir.

Menurut Djoko, saat musim hujan pihaknya sengaja menampung air sebanyak-banyaknya. Sehingga, saat musim hujan berhenti, TMA Waduk Jatiluhur tinggi. Bila airnya banyak, maka kebutuhan irigasi selama musim kemarau dipastikan aman.

Air yang dari Waduk Jatiluhur ini, kata Djoko, tak hanya untuk menyuplai kebutuhan irigasi. Melainkan, jadi air baku industri dan perusahaan air minum daerrah (PDAM). Karena itu, pihaknya sangat bertanggungjawab atas keamanan suplai air tersebut. "Kita bertanggung jawab mengairi 240 ribu hektare areal persawahan di wilayah hilir," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Kadarisman, mengatakan, saat musim hujan seperti ini petani tak terlalu membutuhkan air irigasi. Sebab, sumber air lainnya juga banyak. Karenanya, selama masih banyak air petani terus meningkatkan pola tanam. "Kita akan mengejar percepatan tanam. Mumpung airnya banyak," ujarnya.

Untuk Kabupaten Karawang, musim tanam rendeng ini targetnya mencapai 96.482 hektare. Saat ini, sudah 60 persennya tanam. Akan tetapi, petani di Karawang dihantui bencana banjir bila tanam musim rendeng ini. Hal ini mengingat, sebagian besar wilayah di daerah ini rawan banjir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement