REPUBLIKA.CO.ID, TRENGGALEK -- Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, menggelar penyelidikan epidemiologi penyakit menular dengan gejala mirip antraks yang menjangkit manusia di Kecamatan Tugu.
"Penyelidikan awal dimaksudkan untuk melakukan penyelidikan epidemiologi, yaitu kegiatan untuk mengetahui kebenaran terdapatnya kasus, dan untuk mengetahui apa terjadi penularan tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Trenggalek Sugito Teguh di Trenggalek, Kamis (23/2).
Senada dengan pernyataan Bupati Trenggalek Emil Elestianto Dardak sebelumnya, Teguh mengatakan hingga saat ini belum ada hasil penelitian secara resmi yang menerangkan luka yang terjadi pada salah seorang warga karena disebabkan bakteri antraks.
Namun ia juga tidak secara tegas menyatakan bahwa luka mirip bisul besar yang diderita Thoimin, warga Desa Ngepeh, Kecamatan Tugu bukan antraks. "Gejala yang dialami memang mirip antraks. Tapi saat ini kami belum melakukan tindakan terkait hal itu karena masih menunggu hasil uji laboratorium Balai Besar Veterinery Bogor," ujarnya.
Sugito Teguh menjelaskan Dinkes telah mendata sejumlah warga yang memiliki kemungkinan terjangkit.
Tim kesehatan yang turun ke Desa Ngepeh bahkan langsung mengambil sampel darah warga yang terjangkit, dan selanjutnya dikirimkan ke Dinkes Provinsi Jawa Timur guna diteliti lebih lanjut di Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, Jawa Barat. "Setelah kami melakukan penyelidikan itu, ternyata hanya satu orang yang terjangkit," ujarnya.
Sementara terkait pengambilan sampel darah terhadap orang yang dijangkit bukan hanya dilakukan terhadap seorang saja, melainkan juga empat orang lainnya yang memiliki riwayat tertular dengan gejala klinis serupa. "Sebab, berdasarkan cerita penuturan tahun lalu, terdapat lima orang di wilayah Kecamatan Karangan yang riwayat yang sama seperti dialami Pak Thoimin, warga Desa Ngepeh itu," katanya.
Hasilnya, tutur Sugito, diketahui seluruh bekas luka yang ada identik dengan bekas luka yang diakibatkan bakteri antraks. "Dari kelima orang lainnya yang memiliki gejala yang sama. Namun hanya empat orang yang mau diambil sampel darahnya, sehingga cuma ada lima sampel darah yang dikirim," kata dia.
Kendati saat ini status kasus belum positif (antraks), Sugito menegaskan dinkes P2KB tetap mewaspadai hal tersebut, terutama jika hasil uji laboratorium menyimpulkan kasus positif.
"Kewaspadaan dilakukan dengan mengaktifkan tenaga sanitasi puskesmas agar terus melakukan penyuluhan," ujarnya.
Sugito berasumsi, saluran air di wilayah Desa Ngepeh telah tercemar kotoran hewan yang diduga terinfeksi bakteri atau virus menular. "Kami belum tahu kapan hasil laboratorium keluar. Semoga saja secepatnya agar kami bisa melakukan pencegahan seperti penyuntikan antibiotik kepada warga sekitar," katanya.