REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana banjir terus menjadi momok bagi sebagian besar warga Jakarta. Namun menurut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) Imam Santoso, banjir dapat diatasi dengan normalisasi sungai di ibu kota.
Namun, pembebasan lahan menjadi kendala utama dilakukannya normalisasi sungai. Contohnya di Kali Sunter yang menjadi penyebab banjir di wilayah Cipinang, Jakarta Timur.
Sungai sepanjang 30 kilometer tersebut belum seluruhnya berhasil dinormalisasi. "Tinggal 10 persen yang belum," ujarnya saat melakukan tinjauan Kali Sunter, Selasa (21/2).
Artinya, ada 3 km lagi yang masih belum dinormalisasi dan berada di daerah dekat Banjir Kanal Timur (BKT). Padahal dengan dilakukan pelebaran sungai, air akan dengan mudah mengalir ke BKT yang debit airnya masih rendah.
"Ini seperti bottle neck, airnya balik lagi dan menyebabkan banjir di perumahan penduduk," katanya. Drainase dari pemukiman tidak dapat masuk ke dalam kali sehingga menyebabkan kebanjiran.
Lebar sungai di bottle neck masuk BKT tersebut saat ini 6 meter, Kemenpupera sendiri berharap dilakukan normalisasi yang menjadikan lebar sungai sekitar 18 hingga 20 meter. Kendala yang dihadapi adalah belum adanya pembebasan lahan yang menjadi tugas pemerintah provinsi. Imam melanjutkan, permintaan untuk dilakukan pembebasan lahan sepanjang 3 km tersebut telah dibicarakan sejak 2011.
"Ini sudah kami tunggu enam tahun lalu," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Kemenpupera T. Iskandar mengatakan, pembicaraan pembebasan lahan dengan Wali Kota Jakarta Timur telah dilakukan. Wali Kota telah menginventarisir dan menyepakati ada 36 bidang terkait normalisasi Kali Sunter sepanjang 3 km tersebut.
Pihaknya siap melakukan kontrak bulan ini dan segera melakukan pengerjaan normalisasi. Namun ia belum bisa memastikan kapan pekerjaan normalisasi Kali Sunter tersebut dapat terselesaikan. "Tergantung lahan," katanya.
Saat ditanya berapa anggaran yang diperlukan untuk normalisasi Kali Sunter, Iskandar mengatakan pihaknya memiliki output terbatas, namun untuk pemasangan turap diperkirakan sebesar Rp 13 miliar hingga Rp 14 miliar. Namun pihaknya telah memiliki material.