Selasa 21 Feb 2017 16:30 WIB

Edukasi Kebencanaan di Sleman Masih Harus Ditingkatkan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Angin kencang. Ilustrasi
Angin kencang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Kabupaten Sleman memiliki tujuh potensi ancaman bencana yakni erupsi Merapi, banjir, angin kencang, tanah longsor, kekeringan, kebakaran, dan gempa. Karena kondisi tersebut, Bupati Sleman, Sri Purnomo menegaskan, pelatihan penanganan bencana masih penting untuk diberikan kepada masyarakat. Terutama siswa-siswi sekolah agar dapat siaga ketika menghadapi bencana alam.

Sri mengemukakan ketika bencana terjadi, masyarakat merupakan subjek sekaligus objek pengurangan resiko bencana itu sendiri. Sehingga mereka menerima pembelajaran penanggulangan bencana. “Terjadinya gempa yang 2006, di mana pada saat itu bangunan  belum memenuhi standard dan pengetahuan masyarakat tentang bencana masih minim,” ujar Sri pada pembentukan Sekolah Siaga Bencana (SSB) di SMA 1 Muhammadiyah Prambanan, Selasa (21/2).

Sehingga korban yang berjatuhan pun cukup banyak. Maka itu Sri berharap, pelatihan yang disiapkan di berbagai sekolah dapat meminimalisir jatuhnya korban dan dapat mengantisipasi kejadian bencana ke depan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Joko Supriyanto menyampaikan, saat ini telah terbentuk 46 SSB di wilayah setempat.

Melalui pembentukan SBB, kegiatan gladi lapang atau simulasi kebencanaan pun dapat berjalan secara rutin di sekolah. Selain itu, BPBD Kabupaten Sleman juga terus berusaha mengintegrasikan koordinasi kebencanaan antar berbagai pihak. “Dengan demikian, kami berharap bisa mewujudkan masyarakat Sleman yang tanggap, tangkas, dan tangguh dalam menghadapi bencana,” ujar Joko.

Prambanan sendiri, menurut Joko, sangat rentan terhadap bencana gempa bumi dan longsor. Maka itu, pada pembentukan SSB kali ini, SMA 1 Muhammadiyah menggelar gladi lapang gempa bumi. Selain SMA 1 Muhammadiyah Prambanan, ada beberapa sekolah lain yang ditetapkan sebagai SSB, antara lain SMK N 1 Depok, SMPN 2 Ngaglik dan SMP N 3 berbah.

Sebagai bukti penetapan SSB, seluruh sekolah menerima bantuan berupa HT, megaphone, dan seperangkat alat evakuasi yang diberikan secara simbolik pada SMA 1 Muhammadiyah Prambanan. “Bencana bukan untuk kita takuti, tetapi bagaimana kita bisa menghambil hikmah dan menyelesaikannya, kemudian kita bisa meminimalisir terjadinya kerugian,” kata Joko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement