Rabu 15 Feb 2017 18:51 WIB

Kawasan Baduy Dalam Ditutup Sementara Bagi Wisatawan

Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar
Foto: Schinta
Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kawasan Baduy Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, akan tertutup bagi wisatawan domestik maupun mancanegara mulai tanggal 14 Februari 2017.  Penutupan sehubungan dengan perayaan Kawalu.

"Kami sudah menyampaikan peringatan bahwa kawasan Baduy Dalam dilarang dikunjungi wisatawan," kata Pemuka Adat yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Jaro Saija di Lebak, Rabu (15/2).

Pelarangan wisatawan tersebut guna menghormati dan menghargai keputusan adat karena masyarakat Baduy Dalam merayakan Kawalu. Perayaan Kawalu itu memiliki makna relegius sejak peninggalan nenek moyang itu.

Pelaksanaan Kawalu dilaksanakan selama tiga bulan untuk menjalankan tradisi dengan puasa serta berdoa meminta keselamatan bangsa dan negara yang aman, damai, dan sejahtera. Tradisi Kawalu tersebut juga merayakan hasil panen padi huma dan hingga kini masih dipertahankan oleh suku Baduy.

Mereka melaksanakan tradisi Kawalu pertama itu mulai Februari, dan Maret Kawalu dua serta Kawalu ketiga pada April mendatang. Selama perayaan Kawalu, wisatawan domestik maupun mancanegara dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik.

Warga Baduy akan menjalankan tradisi Kawalu sambil berdoa meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar negara ini diberikan rasa aman, damai, dan sejahtera. "Saya kira kalau negara ini iman, aman, uman dan amin dipastikan damai tentu masyarakat juga akan sejahtera," katanya.

Menurut dia, larangan tersebut nantinya dipasang peringatan di pintu gerbang Baduy di Ciboleger agar pengunjung menaati hukum adat. Tradisi Kawalu warisan nenek moyang yang harus dilaksanakan setiap tahun, dirayakan tiga kali selama tiga bulan dengan puasa seharian.

Perayaan Kawalu merupakan salah satu tradisi ritual yang dipercaya oleh warga Baduy Dalam sehingga perlu menghargai dan menghormati keyakinan agama yang dianut mereka. "Selama melaksanakan Kawalu, kondisi kampung Baduy Dalam sepi karena mereka berpuasa dan banyak memilih tinggal di rumah-rumah," katanya.

Penggiat Masyarakat Baduy, Asep mengatakan selama kawalu perkampungan Baduy Dalam tertutup bagi pengunjung, sekalipun itu pejabat daerah ataupun pejabat negara. Mereka menjalankan kawalu karena peninggalan adat yang turun temurun dan harus dilaksanakan.

Setelah berakhir perayaan Kawalu, lanjut dia, tentu pengunjung kembali diperbolehkan mendatangi kawasan Baduy Dalam. Dia menjelaskan, setelah Kawalu, satu bulan yang akan datang merayakan acara "Seba" dengan mendatangi bupati dan Gubernur Banten dengan membawa hasil-hasil bumi (pertanian).

"Setiap Seba mereka masyarakat Baduy akan membawa hasil pertanian ladang, seperti gula merah, pisang dan petai," katanya. Berdasarkan pantaua, masyarakat Baduy Dalam yang menggunakan pakaian putih-putih dan kepala ikat putih tidak mengikuti Pilkada karena perayaan tradisi Kawalu tersebut.

Selain itu juga masyarakat Baduy dilarang ke luar daerah maupun kawasan Baduy Luar, seperti di Kampung Kadu Ketug dan Cipiit tidak ditemukan warga Baduy Dalam.  

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement